JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mewaspadai potensi resesi yang menghantui Indonesia.
Berdasarkan survei Bloomberg, Indonesia menduduki peringkat 14 dari 15 negara di Asia yang kemungkinan mengalami resesi ekonomi.
Probabilitas Indonesia masuk jurang resesi hanya 3 persen, jauh di bawah Sri Lanka yang di angka 85 persen
Di bawah Sri Langka masih ada pula Selandia Baru dengan persentase 33 persen, Korea Selatan 25 persen, Jepang 25 persen, dan China 20 persen.
"Kami tidak akan terlena, kami tetap waspada," ungkap Menkeu Sri Mulyani dikutip dari Antara, Rabu, 13 Juli.
Meski tak akan terlena, Sri Mulyani berpendapat persentase potensi resesi Indonesia yang sangat rendah tersebut menggambarkan ketahanan pertumbuhan ekonomi domestik, indikator neraca pembayaran, hingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang kuat.
BACA JUGA:
Dia menekankan, seluruh instrumen kebijakan akan digunakan, baik kebijakan fiskal, moneter, sektor keuangan, hingga regulasi lain untuk mengawasi kemungkinan resesi tersebut, terutama regulasi dari korporasi di Tanah Air.
"Dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga kita juga relatif baik," ujar Sri Mulyani.
Menurut dia, sektor keuangan Indonesia relatif lebih kuat semenjak krisis global tahun 2008-2009.
Dengan demikian, daya tahan Indonesia membaik dan risiko kredit macet perbankan pun terjaga.
Hal tersebut menggambarkan seluruh sektor belajar dari krisis global pada 2008-2009.
"Namun, kita tetap harus waspada karena ini akan berlangsung sampai tahun depan. Risiko global mengenai inflasi dan resesi atau stagflasi sangat nyata dan akan menjadi salah satu topik penting pembahasan di G20 Indonesia," pungkas Sri Mulyani.