Gempa 7,4 SR yang Tak Cuma Tewaskan Nyawa tapi Juga Bangkitkan Trauma Warga Meksiko
Gempa Meksiko (Twitter/@stat_help1)

Bagikan:

JAKARTA - Gempa 7,4 SR yang melanda Meksiko pada Selasa, 23 Juni sempat memicu kepanikan di Kota Pesisir Juchitan. Pasalnya, warga Juchitan masih trauma dengan gempa karena sebelumnya bencana yang sama telah meluluhlantakkan kota Juchitan pada 2017.

Meski tak separah gempa 2017, gempa pada Selasa yang berpusat di dekat pantai pasifik menewaskan tujuh orang, 20 luka-luka, dan membuat ratusan rumah menjadi rusak. Dikutip CNA, gempa yang melanda membuat seisi kota Juchtian panik. Seorang guru sekolah Eunice Pineda bercerita, kala gempa datang, ia sekeluarga kemudian buru-buru menyelamatkan diri ke tempat yang aman.

Pineda mengaku gempa besar itu membuatnya sungguh panik sehingga mengingatkan kejadian gempa tiga tahun yang lalu. Meski saat itu rumahnya tak rusak, namun gempa tahun 2017 membuat rumah tetangganya dan bangunan bersejarah rusak berat. Belum lagi, perihal korban yang mencapai puluhan.

Pineda khawatir rumahnya runtuh dan menewaskan ibunya. "Jangan lihat. Rumah kita akan jatuh. Rumah yang banyak menyimpan kisah hidup kita," kenang Pineda saat berlari keluar bersama ibunya.

Trauma gempa 2017

Rumah Pineda lagi-lagi selamat. Namun, tidak bagi sebagian besar orang di Juchitan. Wilayah yang kesohor sebagai kota adat di daerah bagian Oaxaca lagi-lagi merasakan dampak terburuk dari gempa yang melanda Meksiko.

Otoritas perlindungan sipil bergerak cepat melakukan penyelamatan. Mereka menemukan sekitar 30 hingga 40 orang dalam keadaan masih gugup ketika berkeliling. "Banyak orang masih belum pulih dari 2017," katanya.

Tak hanya itu. Salah seorang warga Juchitan membenarkan banyaknya warga yang masih trauma dengan gempa 2017. Pada saat itu banyak orang yang kehilangan rumah mereka sehingga mereka terpaksa tidur di bawah terpal plastik. Apalagi, gempa susulan sering kali melanda Juchitan selama berminggu-minggu setelahnya.

“Hampir tiga tahun berlalu, banyak yang masih berjuang untuk mendapatkan bantuan atau materi. Beberapa pulang ke rumah untuk hidup dalam kondisi genting, karena hanya membangun satu atau dua kamar,” kata Perez.

Pineda mengaku gempa besar itu membuatnya sungguh panik sehingga mengingatkan kejadian gempa tiga tahun yang lalu. Meski saat itu rumahnya tak rusak, namun gempa tahun 2017 membuat rumah tetangganya dan bangunan bersejarah rusak berat. Belum lagi, perihal korban yang mencapai puluhan.

Otomatis, Pineda khawatir rumahnya akan runtuh dan dapat menewaskan ibunya. 'Jangan lihat. Rumah kita akan jatuh. Rumah yang banyak menyimpan kisah hidup kita," Kenang Pineda saat berlari keluar bersama ibunya.