JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengatakan korupsi di Indonesia terjadi karena sistem yang gagal, sistem yang buruk, maupun sistem yang lemah di sebuah lingkungan.
Untuk itu, Deputi Pencegahan KPK terus bekerja keras memperbaiki sistem tata niaga, sistem politik, sistem ekonomi, maupun sistem lain yang kerap menimbulkan kejahatan korupsi.
"Deputi pencegahan KPK bekerja keras dengan perbaikan sistem. Korupsi timbul karena sistem. Fail system, bad system, or weak system," kata Firli dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi III DPR RI yang ditayangkan di akun YouTube DPR RI, Kamis, 25 Juni.
Selain melakukan pencegahan, KPK juga punya strategi pendekatan lainnya dalam memberantas korupsi.
Di antaranya adalah melakukan pendekatan pendidikan antikorupsi terhadap masyarakat. Dalam pelaksanaannya, KPK memanfaatkan jejaring pendidikan formal dan informal, termasuk tingkat pendidikan TK hingga perguruan tinggi.
BACA JUGA:
KPK, kata Firli, juga melakukan pendidikan antikorupsi terhadap penyelenggara negara, partai politik, birokrat, serta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Swasta (BUMS).
"Karena memang tiga bidang ini sering terlibat kasus korupsi. Kita tidak ingin dan berupaya keras agar orang tidak ingin korupsi," tegasnya.
Pendekatan ketiga adalah melakukan penindakan. Kata Firli, penindakan dilakukan agar masyarakat tidak ingin dan takut melakukan korupsi setelah melihat penindakan yang dilakukan oleh tim lembaga antirasuah.
Namun, Firli mengatakan pihaknya lebih memilih untuk lebih dulu melakukan pendidikan dan pencegahan ketimbang melakukan penindakan.
"Kalau dua pendekatan ini berhasil, maka penindakan akan berhasil. Kalau penindakan banyak, maka pendidikan dan pencegahan gagal," pungkasnya.