Prihatin Situasi Afghanistan, PM Italia Mario Draghi Dorong Pertemuan Luar Biasa G20
Perdana Menteri Italia Mario Draghi. (Wikimedia Commons/Presidenza della Repubblica)

Bagikan:

JAKARTA - Italia yang saat ini menjadi memimpin Presidensi Negara-Negara G20, mendorong digelarnya pertemuan puncak luar biasa organisasi, terkait dengan perkembangan situasi terkini yang terjadi di Afghanistan.

Desakan ini disampaikan oleh Perdana Menteri Italia Mario Draghi, setelah Taliban berhasil mengambil alih kekuasaan dari Pemerintah Afghanistan di bawah Presiden Ashraf Ghani, sebut surat kabar La Repubblica dan Il Messaggero mengatakan pada Hari Kamis, seperti mengutip Reuters 19 Agustus.

Italia memegang Presidensi G20 bergilir tahun ini dan kemungkinan pertemuan diharapkan akan diadakan sebelum pertemuan puncak Oktober yang dijadwalkan di Roma, kata La Repubblica.

Selain itu, PM Draghi diperkirakan akan membahas masalah ini dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Hari Kamis waktu setempat, tambah dua harian itu.

Seorang juru bicara kantor perdana menteri tidak segera dapat dihubungi untuk dimintai komentar. Sementara, pertemuan daring para pemimpin kelompok G7 telah dijadwalkan minggu depan untuk membahas strategi dan pendekatan bersama tentang situasi di Afghanistan.

Taliban sukses memasuki Kota Kabul dan menduduki istana kepresidenan, memaksa Presiden Ashraf Ghani meninggalkan jabatannya dan mengungsi ke luar negeri pada Hari Minggu lalu.

Negara-negara asing sibuk untuk mengevakuasi misi diplomatik dan warganya dari Afghanistan, menyebabkan kericuhan untuk mendapatkan kesempatan dievakuasi di Bandara Kabul dan menimbulkan korban jiwa.

Terbaru, sejumlah orang disebutkan tewas di Kota Asadabad, Afghanistan saat Taliban melepaskan tembakan ke arah kerumunan massa yang mengibarkan bendara nasional, saat Hari Kemerdekaan Afghanistan, Kamis waktu setempat.

Tidak jelas apakah korban di Asadabad diakibatkan oleh penembakan atau dari desak-desakan yang dipicu, kata saksi mata Mohammed Salim dari kota timur, ibu kota Provinsi Kunar.

"Ratusan orang turun ke jalan. Awalnya saya takut dan tidak mau pergi, tetapi ketika saya melihat salah satu tetangga saya bergabung, saya mengeluarkan bendera yang saya miliki di rumah," tutur Salim.

"Beberapa orang tewas dan terluka dalam penyerbuan dan penembakan oleh Taliban," sambungnya. Seorang juru bicara Taliban tidak segera tersedia untuk dimintai komentar.

Ada juga protes tetapi tidak ada laporan tentang kekerasan serius di kota timur Jalalabad dan sebuah distrik di Provinsi Paktia, lapor media.

Rabu kemarin, pejuang Taliban menembaki pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera nasional hitam, merah dan hijau Afghanistan di Jalalabad, menewaskan tiga orang, saksi dan media melaporkan.