Tawuran Johar Baru: Kondisi Lingkungan yang Padat, Sosial Ekonomi, Saling Ejek Picu Tawuran
Ilustrasi tawuran

Bagikan:

JAKARTA - Tawuran antar kelompok remaja terus terulang di kawasan kumuh padat penduduk Kecamatan Johar Baru, Jakarta Pusat. Dari data yang dihimpun, sepanjang tahun 2021 aksi tawuran antar kelompok warga terjadi sebanyak tiga kali di Johar Baru. Bahkan aksi tawuran yang menjadi ajang rutinitas ini kerap merenggut nyawa warga yang tak terlibat tawuran.

Terbaru, tawuran terjadi di Jembatan Kota Paris, Johar Baru, Jakarta Pusat, Senin 16 Agustus 2021. Ironisnya, tawuran antar kelompok remaja ini pecah ketika menjelang hari ulang tahun (HUT) ke-76 RI.

Indramayu (51), salah satu warga pelerai tawuran justru meninggal dunia setelah dihujani bacokan senjata tajam oleh para pelaku tawuran. Korban tercatat sebagai warga RT 02/06, Kelurahan Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat.

Menurut Mega Nilamsari (31) adik korban, Indramayu diketahui tidak terlibat dalam peristiwa tawuran antara warga Baladewa dan Tanah Tinggi. Kakaknya itu justru berupaya melerai aksi tawuran antar warga. Tewasnya Indramayu meninggalkan seorang istri korban.

"Abang saya itu mau misahin sebenarnya, tapi justru jadi korban dalam tawuran itu. Abang saya dibacok hingga ususnya terburai, terus paruh-paruhnya juga robek akibat tusukan senjata tajam," ucapnya kepada wartawan, Senin 16 Agustus, kemarin.

Indramayu dimakamkan di TPU Kemiri, Jakarta Timur. Pihak keluarga berharap kepolisian Polsek Johar Baru bisa segera menangkap pelaku tawuran yang menewaskan Indramayu.

"Kita serahkan aja ke pihak kepolisian. Kita makamin di TPU Kemiri Jakarta Timur," ucapnya.

Mega kembali menjelaskan, tawuran di perempatan Jembatan Kota Paris, Johar Baru kerap terjadi tanpa sebab yang jelas. Korban diketahui berprofesi sebagai tukang ojek yang kerap mangkal di perempatan Kota Paris, tempat kejadian perkara (TKP) tawuran itu.

Fenomena sosial ini cukup menarik perhatian sejumlah pemerhati sosial. Salah satunya muncul dari Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Ida Ruwaida. Menurut Ida, kelompok warga usia muda terprovokasi untuk ikut tawuran sebagai ajang untuk eksistensi dari kelompok atau geng di wilayah tersebut.

Kondisi rendahnya pendidikan dan lemahnya keterampilan membuat kelompok warga usia muda ini menjadi rentan, marginal, bahkan terstigma.

"Kondisi ini tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial ekonomi masyarakat Johar Baru yang kumuh, miskin dan padat," kata Ida kepada VOI, Rabu 18 Agustus, kemarin.

Oleh karenanya, Polisi maupun Pemerintah Kota Jakarta Pusat perlu melakukan pendekatan yang lebih persuasif dan edukatif di lintas kelompok warga atau lintas "gank" yang berfokus pada kegiatan seni budaya dan pelatihan keterampilan hidup.

"Kegiatan-kegiatan dapat dilakukan yang memang sesuai dengan minat dan potensi mereka, sebagaimana yang pernah kami kembangkan, misalnya mural, musik dan lain-lain," katanya.

Polisi juga diminta agar dapat melakukan pendampingan yang lebih intensif, khususnya kepada kelompok warga usia muda guna meminimalisasi terulangnya tawuran di Johar Baru.

Pendampingan dilakukan mengingat tawuran antar kelompok yang terjadi setiap tahun melibatkan Kelurahan Tanah Tinggi dan Kelurahan Kampung Rawa, Johar Baru, Jakarta Pusat.

"Polisi perlu mengembangkan pendekatan yang bersifat preventif melalui pendampingan secara intens kepada kelompok kaum muda, karena mereka adalah kelompok rentan dan marginal," ujarnya.

Pasca tawuran berdarah itu, jajaran Polsek Johar Baru segera mengambil tindakan tegas. Dua orang pelaku yang diduga menjadi pembacok Indramayu berhasil ditangkap di dua lokasi berbeda.

Kedua pelaku berinisial S dan AA. Keduanya punya peran masing-masing dalam insiden tawuran antar kelompok warga itu. Hingga kini, Polsek Johar Baru bersama Polda Metro Jaya masih terus mengembangkan kasus tersebut guna memburu pelaku lain yang masih buron.