Soal Mural 'Jokowi 404: Not Found', Politisi PDIP Arteria: Semoga yang Buat Dapat Hidayah
Politikus PDIP Arteria Dahlan (Foto: Instagram @arteriadahlan)

Bagikan:

JAKARTA - Mural gambar Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah menjadi perhatian publik. Lantaran dalam mural tersebut tertulis 404: Not Found.

Politisi PDI Perjuangan Arteria Dahlan angkat bicara mengenai mural tersebut. Ia menilai masih banyak cara lain yang lebih beradab untuk menyampaikan kritik kepada Jokowi

"Kami prihatin ditengah susana menyambut kemerdekaan kok masih dibuat hal-hal seperti itu. Apalagi di era Pak Jokowi itu kebebasan mengeluarkan pendapat, berekspresi itu kan sama sekali tidak dilarang. Masih banyak cara lain yang beradab untuk menyampaikan pesan-pesan walaupun pesan ketidaksukaan sekalipun," tuturnya saat dihubungi VOI, Minggu, 15 Agustus.

Anggota Komisi III ini mengingatkan agar kritik disampaikan melalui kanal-kanal konstitusional yang tepat. Apalagi, sekarang ini semua kanal-kanal dibuka untuk menyampaikan pendapat.

Lebih lanjut, Arteria menilai jika kritik melalui mural ini didasari oleh ketakutan masyarakat untuk menyampaikan kritik melalui modal sosial karena adanya UU ITE, hal itu merupakan pandangan yang keliru.

"Takut UU ITE, kalau buat mural berani kan tidak nyambung logika berpikirnya. Negara ini sudah begitu demokratis, setiap waktu setiap detik kan presidennya di-bully. Kurang apa? Ada UU ITE juga pada enggak dipenjarakan," ucapnya.

"Setiap detik Pak Jokowi di-bully tapi yang kena urusan hukum kan boleh dibilang enggak sampai 0,01 persen. Masa dibilang kita otoriter," sambungnya.

Ateria berharap pembuat mural tersebut segera mendapat hidayah. Meski begitu, menurut dia, semua pihak harus intropeksi diri atas kejadian ini.

"Semoga yang melakukan itu diberikan hidayah sama Tuhan. Semoga ini menjadi bagian intropeksi kita semua. Apa iya kita harus begitu ke Pak Jokowi. Apa tidak ada cara yang lebih beradap lagi," jelasnya.

Sekadar informasi, tanda pagar #Jokowi404NotFound menjadi trending topik di Twitter, Sabtu, 14 Agustus. Tercatat lebih dari 14.000 warganet mentweet-kan kata tersebut.

Tagar tersebut berasal dari gambar mural yang belakangan telah dihapus petugas karena dinilai melecehkan lambang negara. Ramai soal mural ini bukan yang pertama kalinya. Sebelumnya ada sejumlah mural yang juga viral lalu dihapus petugas.

Salah satunya adalah mural dengan gambar dua karakter dan tulisan, 'Dipaksa Sehat di Negara yang Sakit'.