JAKARTA - Penerapan protokol pencegahan COVID-19 di kegiatan Hari Bebas Kendaraan Bermotor (HBKB) atau Car Free Day (CFD) di Sudirman-MH Thamrin, Minggu, 21 Juni, belum dipatuhi semua orang. Beberapa masyarakat tampak melepas masker ketika berolahraga.
Bahkan, ada pengunjung yang ternyata reaktif COVID-19. Hal ini diketahui dari pemeriksaan rapid test secara gratis yang diselenggarakan oleh jajaran Polri. Dari 600 pengunjung area CFD Sudirman-MH Thamrin, sebanyak 5 orang reaktif COVID-19.
"Sebanyak 5 orang yang reaktif sudah di-swab dan melakukan pemeriksaan PCR Di RS Polri Sukanto. Nanti, hasilnya (positif atau negatif COVID-19) akan ditelepon ke masing-masing (orang) dan ditangani sesuai hasilnya," kata Kepala Pusat Kedokteran dan Kesehatan Polri Brigadir Jenderal Rusdianto saat dihubungi, Minggu, 21 Juni.
Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Tri Yunis Miko Wahyono memandang, Pemprov DKI perlu memperketat pengawasan terhadap protokol pencegahan COVID-19 yang diterapkan masyarakat dalam berolahraga di area CFD.
Menurutnya, CFD tak perlu sampai ditutup. Hanya perlu ditingkatkan protokol kesehatannya. Sebab, Pemprov DKI sedang menerapkan masa PSBB transisi, yaitu pembukaan sejumlah tempat, seperti tempat kerja, restoran, pusat perbelanjaan, maupun tempat hiburan dan rekreasi.
"Protokol COVID harus lebih diawasi secara ketat, jaga jarak antarwarga juga mesti diperhatikan. Sebab, angka kasus baru di DKI masih tinggi," kata Miko kepada VOI, Senin, 22 Juni.
Miko mengatakan, jajaran pemprov DKI seperti Pemprov DKI dan Satpol PP sudah melakukan pengawasan saat CFD digelar. Tapi, sayangnya masih ada pemakluman bagi warga yang melepas maskernya dengan alasan kesulitan bernapas ketika berolahraga mengenakan masker.
"Olahraga mengenakan masker memang sulit, apalagi masker kain. Kalau masker basah kena keringat, memang menjadi sulit bernafas karena pori-pori bahan akan rapat kalau kena air keringat. Jadi, saya sarankan berolahraga menggunakan face shield (pelindung wajah)," jelas Miko.
BACA JUGA:
Jakarta belum aman COVID-19
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan masa pelonggaran PSBB atau PSBB transisi dengan alasan angka reproduksi (Rt) virus corona di Jakarta telah berada di angka 0,99. Artinya, satu orang yang terinfeksi COVID-19 dapat menulari hampir 1 orang lainnya. Beda dengan Rt pada bulan Maret lalu yang berada di angka 4.
Namun, Menurut Miko, angka Rt di Jakarta belum aman, meski sudah menurun. Lagipula, angka kasus baru di Jakarta dalam satu minggu bisa mencapai 700 kasus. Ketika area CFD menjadi klaster baru penyebaran COVID-19, maka kurvanya bisa melonjak.
"Sampai sekarang, kami masih melakukan studi batas aman kasus covid di DKI. Sebab, angka Rt 1 dinyatakan sudah aman itu dasarnya ada pada wabah flu burung," ungkap Miko.
"Sedangkan, risiko penularan COVID-19 dari orang ke orang lebih masif dibanding flu burung atau influenza, apalagi saat ini ada klasifikasi OTG (orang tanpa gejala). Jadi, tidak sebanding," lanjutnya.
Sebelumnya, Pemprov DKI kembali menggelar kegiatan CFD. Kegiatan ini sempat dihentikan selama masa pagebluk COVID-19 karena berpotensi terjadinya penularan atau penyerban virus.
Saat dibukanya kegiatan CFD, pada Minggu, 21 Juni, masyarakat memenuhi sepanjang ruas jalan Jenderal Sudirman dan jalan MH Thamrin, yang biasanya sepi ketika di awal penyebaran COVID-19.