JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memberi nama blok makam di tempat pemakaman umum (TPU) khusus COVID-19. Hal ini ia putuskan setelah beberapa kali bertemu dengan keluarga jenazah COVID-19 di pemakaman.
Saat bercakap dengan anggota keluarga yang mengantarkan jenazah untuk dikuburkan, Anies kerap memberi pesan menguatkan bahwa yang baru dikuburkan akan berada di tempat mulia di sisi Allah SWT.
"Dari percakapan-percakapan itulah kemudian, blok pemakaman untuk warga yang meninggal karena COVID-19 diberikan nama dengan pesan kemuliaan. Bukan diasosiasikan sebagai korban COVID dan bukan sekadar diberi nomor blok," kata Anies lewat akun Instagramnya, Jumat, 13 Agustus.
Pada blok pemakaman jenazah muslim, Anies membedi nama blok makam Syuhada. Syuhada berasal dari bahasa Arab yang artinya berjuang di jalan Allah SWT.
Sementara, bagi blok makam jenazah beragama Kristen dan Katolik, Anies memberi nama blok makam Santo Yosef (dari) Arimatea. Hal ini diputuskan dari konsultasi Anies dengan FKUB yang mewakili unsur Kristen dan Katolik.
"Kini blok makam itu terpampang jelas. Biarkan sanak saudara, anak-cucu yang di masa depan datang untuk berziarah akan menemui nama-nama mulia di tempat peristirahatan terakhir nenek-kakek dan leluhurnya. Barisan makam yang terjadi selama masa pandemi kali ini," ucap Anies.
BACA JUGA:
Per tanggal 12, ada pertambahan 42 kasus COVID-19 yang meninggal. Sehingga, sejak awal pandemi tercatat ada 12.908 kasus kematian COVID-19. Total terkonfirmasi positif sebanyak 836.687 kasus dan kasus yang telah sembuh sebanyak 813.898 orang.
Terkait kasus kematian COVID-19, Anies mengklaim DKI Jakarta tidak pernah mengurangi atau mengubah data-data.
'Kematian selama pademi selalu dilaporkan apa adanya. Baik data kematian covid berdasarkan kriteria dari Kementerian Kesehatan, maupun data kematian COVID berdasarkan protokol pemakaman COVID. Karena menurut WHO semua perlu dicatat dan dilaporkan," ungkap Anies.
Bahkan sejak awal pandemi, ketika masih ada keterbatasan kewenangan dan kapasitas testing, Anies mengaku menggunakan data pelayanan pemakaman agar bisa mendeteksi bahwa wabah telah masuk dari luar negeri ke Ibu Kota.
"Prinsip kami di DKI Jakarta dalam menangani semua masalah, termasuk COVID-19, menggunakan ilmu pengetahuan, menggunakan data yang benar dan akurat, serta transparansi data," pungkasnya.