Jangan Salah, Ternyata PHK juga Terjadi di Sektor Farmasi
Ilustrasi. (Irfan Meidianto/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Seluruh sektor terdampak akibat pagebluk COVID-19. Tidak hanya di sektor transportasi, pariwisata, dan dunia usaha namun juga sektor farmasi atau kesehatan pun turut terkena dampaknya.

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Suryani Motik mengatakan, berdasarkan laporan yang diterima pihaknya, akibat pageblu, sektor farmasi setidaknya sudah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 200 ribu pekerja.

"Sebagian bisa membayar gaji, tapi hanya bisa bertahan sampai Juni atau Juli. Sebagian besar mulai merumahkan karyawan. Sektor farmasi ada 200 ribu orang yang mengalami PHK," tuturnya, dalam video conference bersama wartawan, Kamis, 18 Juni.

Tak hanya itu, Suryani berujar, industri farmasi baik ritel maupun penyuplai obat juga mengalami persoalan keuangan. Kondisi ini diperberat dengan utang BPJS Kesehatan yang belum terbayarkan jumlahnya mencapai Rp3 triliun.

"BPJS (Kesehatan) punya utang ke Asosiasi Farmasi Rp3 triliun. Industri RS juga bermasalah. Jadi farmasi ritel dan suplai ke RS itu bayarnya belakangan, karena biasanya RS bayar dokter, perawat dan obat terlebih dahulu," jelasnya.

Suryani mengaku, masalah pada industri kesehatan sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Sementara, kehidupan bisnis Rumah Sakit juga bermasalah karena banyak warga Indonesia lebih memilih berobat ke luar negeri dibanding menjalani pengobatan di dalam negeri.

"Saya tahu persis karena saya terlibat di satu RS, bagaimana RS hidupnya kembang kempis. Awalnya setelah ada BPJS bagus sekali, tapi setelah ada BPJS ini RS sangat tidak sehat. Terus terang saja RS ini kehilangan kepercayaan dari orang menengah ke atas. Jarang sekali yang percaya RS di Indonesia dan ini kesempatan untuk memperbaiki. Pejabat saja berobatnya ke Singapura dan Malaysia," tuturnya.

Menurut Suryani, potensi market orang Indonesia yang pergi ke luar negeri besar sekali. Ia menilai, seharusnya ini menjadi peluang yang diambil oleh pemerintah.

"Dengan dorongan pemerintah yang luar biasa mestinya kita bisa. Kalau setelah COVID-19 ini kita bersama-sama dunia isaha dan pemerintah mau menjadikan industri rumah sakit menjadi tuan rumah sendiri dengan bantuan pemerintah yang luar biasa mestinya kita bisa," katanya.