Evaluasi Sistem Pemilu dan Sindiran untuk Partai Politik di Refleksi Akhir Tahun SBY
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono dalam Refleksi Pergantian Tahun, Indonesia Tahun 2020: Peluang, Tantangan dan Harapan di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Rabu, 11 Desember (Mery Handayani/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menganggap Pemilu 2019 yang dilaksanakan serentak, antara pemilu legislatif dan pemilu presiden, memberikan dampak negatif. Di antaranya, menguatnya politik identitas, dan menimbulkan korban meninggal dalam pelaksanaannya. 

"Di tahun ini, rakyat kita baru saja mengikuti pemilihan umum. Banyak hal baru yang kita dapatkan, baik yang positif maupun yang negatif. Yang baik maupun yang buruk," kata SBY dalam Refleksi Pergantian Tahun, Indonesia Tahun 2020: Peluang, Tantangan dan Harapan di Jakarta Convention Center (JCC) Senayan, Jakarta, Rabu, 11 Desember.

Namun, SBY dia bersyukur karena meski fenomena politik identitas yang menguat saat pemilu, semua elemen masyarakat sadar dan terpanggil untuk menahan diri dan tetap menjaga keutuhan bangsa.

"Alhamdulillah, mimpi buruk itu tidak terjadi. Kita memilih persatuan, bukan perpecahan. Karenanya, evaluasi menyeluruh tentang sistem, undang-undang dan penyelenggaraan pemilu perlu kita lakukan. Terutama bagi pihak pemerintah, parlemen dan penyelenggara pemilu," jelasnya.

Menurut Presiden RI keenam ini, tujuan evaluasi pemilu ini agar di masa mendatang bisa dijalankan dengan lebih baik sambil menambahkan mempertahankan yang baik dan memperbaiki yang belum baik.

"Itulah harapan Partai Demokrat dan begitu pula harapan rakyat," kata dia.

Tidak hanya menyoroti sistem pemilu serentak, SBY menyindir partai politik yang sudah mulai tancap gas untuk memenangkan Pemilu 2024. Padahal, pemilu 2019 baru beberapa bulan selesai dilaksanakan.

"Pemilihan umum, sebuah kontestasi politik untuk sebuah kekuasaan, telah usai. Sementara, pemilu mendatang masih jauh, lima tahun lagi.  Tak baik dan malu kepada rakyat, kalau saat ini kita memulai lagi kontestasi baru," katanya.

"Apalagi jika semangat dan nafsunya adalah untuk mendapatkan kekuasaan di tahun 2024. Juga tidak etis, karena pemerintahan Presiden Jokowi yang kedua, baru mulai melaksanakan tugasnya. Mari hormati pemerintah kita, dan tentunya rakyat kita," tambah dia.

Lebih jauh, dia meminta semua pihak menghentikan suasana permusuhan, serta politik yang pecah belah. Menurut SBY, ini saatnya kembali membangun hubungan antar kekuatan politik yang lebih damai dan menyatukan setelah kontestasi Pemilu 2019.

Hubungan yang bernuansa kawan dan lawan harus diganti dengan hubungan antar mitra untuk membangun bangsa, dan mengatasi permasalahan yang dihadapi rakyat. Karena rakyat menghormati negara dan pemimpinnya.

"Negara dan pemimpin sabar dan mengayomi rakyat dengan adil dan penuh rasa kasih sayang. Bersatu kita teguh. Bersama kita lebih kuat. Together we are stronger. Inilah ajakan Partai Demokrat," tuturnya.