Bagikan:

JAKARTA -  Masyarakat tengah menjalankan hidup kenormalan baru di tengah pagebkuk COVID-19. Di saat yang sama, penambahan kasus COVID-19 dalam satu hari mencapai rekor baru, yakni 1.240 orang. Banyak yang menilai Indonesia belum siap menjalankan kenormalan baru karena angka kasus kian meninggi.

Namun hal ini dibantah oleh gugus tugas COVID-19. Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah, meminta masyarakat untuk tidak hanya melihat angka kasus untuk menyimpulkan seberapa parah wabah COVID-19 di Indonesia.

Dewi bilang, faktor utama yang mengakibatkan kurva kasus COVID-19 semakin meninggi karena pemerintah telah menjalankan tes pemeriksaan yang lebih masif. 

"Kita harus melihat penambahan jumlah itu karena apa. Yang paling mudah, kami lihat sekarang adalah penambahan jumlah kasus positif bertambah tinggi, karena memang jumlah pemeriksaan pun bertambah tinggi," kata Dewi dalam diskusi di Graha BNPB, Jakarta Timur, Senin, 15 Juni.

Berdasarkan data yang dimiliki Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, sampai hari Minggu, 14 Juni, pemerintah sudah mampu melakukan 18.760 tes COVID-19 dalam satu hari, baik RT-PCR maupun tes cepat molekuler (TCM). Pemerintah juga sudah memiliki 110 laboratorium PCR, 82 laboratorium TCM, dan 222 laboratorium jejaring.

Sementara, ada perbandingan jumlah tes yang dilakukan, bila melihat kondisi pada sepekan lalu. Pada 7 Juni, pemerintah melakukan 11.924 tes COVID-19 dalam satu hari. Pemerintah memiliki 103 laboratorium PCR, 68 laboratorium TCM, dan 195 laboratorium jejaring.

"Di awal kan kita punya target pemeriksaan 10.000 per hari. Sekarang, naik jadi 20 ribu per hari. Jadi, ketika mencapai dua puluh ribu perhari, maka pasti kita juga akan melihat lonjakan jumlah kasus positifnya," jelas Dewi.

Kata dia, yang harus diperhatikan dalam melihat kenaikan kasus, adalah positivity rate COVID-19. Artinya, persentase dari perbandingan jumlah seluruh hasil tes positif dan jumlah spesimen yang diperiksa.

Jika melihat data, positivity rate harian tak mengalami perubahan berarti. Pada 7 Juni, positivity rate berada di angka 11,6 persen. Maksudnya, dari 100 persen tes COVID-19, hanya 11,6 persen yang menunjukkan hasil positif. Sementara, pada 14 Juni kemarin, positivity rate masih 11,9 persen.

"Kalau jumlahnya kurang lebih sama, berarti kan tidak ada perbedaan walaupun angkanya bertambah besar. Tapi kalau misalnya ternyata angka tinggi tapi jumlah pemeriksaan juga tinggi. Jadi, ketika melihat angka, jangan langsung kaget," pungkasnya.