JAKARTA - Hantaman pagebluk COVID-19 pada sektor bisnis memang luar biasa. Mau perusahaan kecil atau besar, COVID-19 tidak peduli. Kali ini giliran perusahaan bisnis fesyen, Zara terkena imbasnya. Ritel fesyen ini menutup 1.200 tokonya di seluruh dunia.
Mengutip The Guardian, induk perusahaan Zara, Inditex mengatakan akan menutup antara 1.000 hingga 1.200 toko terutama yang lebih kecil. Konsentrasi kerugian paling besar bersumber dari toko-toko lama yang menjual merek "saudaranya" Zara. Seperti diketahui perusahaan ini memiliki banyak anak perusahaan, sebut saja Bershka, Pull & Bear dan Massimo Dutti.
Penutupan itu kebanyakan di wilayah Asia dan Eropa. Kendati demikian Inditex mengatakan bahwa jumlah karyawannya akan diusahakan tetap stabil. Salah satu solusinya mereka menawarkan tugas kerja lain seperti mengirim pembelian daring.
Jika sudah dipangkas, jumlah toko akan berkurang dari 7.412 menjadi 6.700 atau 6.900. Inditex, salah satu ritel fesyen terbesar di dunia, seperti ditampar pagebluk COVID-19.
Penjualannya turun hampir separuhnya yakni 44 persen pada kuartal pertama. Perusahaan melaporkan kerugian bersih sebesar 409 juta euro atau jika dirupiahkan mencapai sekitar 6,5 triliun.
Namun, perusahaan tertolong oleh penjualan daring. Penjualan daring naik sekitar 50 persen selama kuartal tersebut dan naik 95 persen pada bulan April dari tahun lalu.
Oleh karena itu, Inditex mengatakan akan menggenjot penjualan daring mereka. Mereka menargetkan akan menargetkan penjualan daring lebih dari 25 persen pada tahun 2022. Sementara toko-toko fisik yang ada akan menjadi tempat pusat distribusi untuk penjualan daring.