Ketua Parlemen AS Minta Sebelas Patung Tokoh Negara Konfederasi Disingkirkan dari Gedung Capitol
Nancy Pelosi (Twitter/@speakerpelosi)

Bagikan:

JAKARTA - Seiring meluasnya gerakan 'Black Lives Matter', Ketua Parlemen Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi menyerukan penyingkiran sebelas patung tokoh perbudakan dari Gedung Capitol pada Rabu, 10 Juni. Sebelumnya, gerakan merobohkan patung tokoh terkait rasisme, diskriminasi, dan penjajahan banyak dilakukan warga dunia. Di AS, patung Christopher Colombus jadi sasaran.

Melansir Channel News Asia, lewat sepucuk surat, Pelosi memerintahkan Komisi Gabungan Perpustakaan Capitol untuk menyingkirkan sebelas patung yang dimaksud. Adapun patung-patung itu adalah para tokoh Negara Konfederasi Amerika di wilayah selatan pada Perang Sipil tahun 1800-an.

"Monumen bagi orang-orang yang mengadvokasi kekejaman dan barbarisme untuk mencapai tujuan yang jelas-jelas rasis adalah penghinaan aneh terhadap cita-cita ini: demokrasi dan kebebasan Amerika,” tulis politikus Demokrat tersebut.

Tak hanya itu. Pelosi menitikberatkan dua patung yang harus segera disingkirkan, yakni Jefferson Davis dan Alexander Stephens, yang masing-masing menjabat sebagai Presiden dan Wakil Presiden Negara Konfederasi AS yang pernah didakwa atas pengkhianatan. Patung-patung itu ia anggap dapat membuka kembali memori masa lalu akan kekejaman dan rasisme.

"Patung-patung mereka memberi penghormatan kepada kebencian, bukan sebuah warisan. Mereka harus disingkirkan," tambah Pelosi.

Pelosi berpendapat bahwa patung-patung itu justru mengingatkan warga AS kepada sejarah kelam bangsa. Apalagi, Pelosi menunjukkan bahwa pernah ada sebuah pidato yang dibacakan di tahun 1861 yang berbunyi: Negara Konfederasi AS didirikan atas kebenaran besar bahwa kulit hitam, tak akan sama dengan mereka yang berkulit putih

Yang dilakukan oleh Pelosi bukan hal yang baru. Sebelumnya, Sang Ketua Kongres AS sempat menggulirkan niatan yang sama untuk memindahkan patung-patung di Gedung Capitol pada Agustus 2017.

"Saya meyakini bahwa kita tidak akan melupakan sejarah atau mengulanginya lagi. Tapi saya percaya tidak ada ruang untuk merayakan kekerasan berlandaskan kebencian dari para tokoh Konfederasi," tutup Pelosi.