Hakim Ginsburg Jadi Wanita Pertama dalam Sejarah yang Dimakamkan di Gedung Kongres Capitol
Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg (Sumber: Wikimedia Commons)

Bagikan:

JAKARTA - Gedung Kongres Capitol jadi tempat peristirahatan terakhir Hakim Agung Ruth Bader Ginsburg. Ia menjadi wanita pertama dalam sejarah yang dimakamkan di Gedung Kongres Capitol. Hal itu merupakan bentuk penghormatan tertinggi, karena hanya pejabat pemerintah paling terhormat yang dimakamkan di sana.

Melansir CNN, Selasa 22 September, peristiwa bersejarah ini diumumkan oleh Ketua DPR AS Nancy Pelosi. Upacara penghormatan terakhir nantinya hanya dihadiri tamu undangan karena pandemi COVID-19.

Upacara pemakaman Janazah Ginsburg akan dilakukan pada Rabu dan Kamis, sehingga masyarakat yang mendapat undangan dapat memberikan penghormatan terakhirnya. Rencananya, peti mati akan tiba di depan Mahkamah Agung sebelum pukul 09.30 waktu setempat pada Rabu, 23 September.

Upacara pribadi dengan keluarga, teman dekat dan hakim akan berlangsung di Aula Besar di Gedung Capitol. Setelah upacara, peti mati akan dipindahkan ke bawah serambi di bagian atas tangga depan gedung.

Tugu peringatan darurat dihiasi bunga dan lilin sebagai penghormatan kepada Ginsburg berjejer di trotoar di luar Gedung Capitol. Anggota parlemen dari kedua partai, penghibur, dan atlet juga memberikan penghormatan kepada Ginsburg. Di dalam Gedung Capitol, bangku-bangku sudah dibungkus penutup berwarna hitam.

Ginsburg meninggal di usia 87 tahun karena penyakit komplikasi kanker pankreas metastik. Ia telah bertugas di Mahkamah Agung selama lebih dari 27 tahun sejak dinominasikan oleh Presiden Bill Clinton pada 1993.

Wafatnya Ginsburg telah menyalakan kembali perdebatan tentang bagaimana kekosongan kursi Hakim Agung selama masa jabatan terakhir Trump pada tahun pemilihan. Keinginan Trump mengganti posisi hakim agung AS sesegera mungkin ditentang berbagai kalangan, bahkan dari beberapa anggota Senat yang merupakan Partai Republik. Senator Republik Susan Collins dari Maine mengatakan presiden terpilih yang berhak memilih calon mahkamah agung. 

Namun Trump sepertinya tidak mengindahkan peringatan tersebut. Berbicara kepada wartawan di Gedung Putih, Trump mengatakan dia memusatkan perhatian pada satu atau dua kandidat di antara lima yang sedang dipertimbangkan. Dia meminta Senat, yang dikendalikan oleh sesama anggota Partai Republik, untuk memberikan suara pada sidang konfirmasi. 

“Saya lebih suka memberikan suara (untuk calon hakim agung) sebelum pemilihan. Kita punya banyak waktu untuk melakukannya," kata Trump. 

Kematian Ginsburg memberi Trump dan partainya kesempatan untuk membentuk mayoritas konservatif 6-3 di pengadilan yang keputusannya memengaruhi banyak bidang kehidupan di AS. Hal tersebut termasuk pengaturan aborsi, perawatan kesehatan, hak kepemilikan senjata, akses suara, kekuasaan kepresidenan, dan hukuman mati.