Inggris Catat Rekor Penurunan Ekonomi Selama Pagebluk
Ilustrasi foto (Heidi Fin/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Ekonomi Inggris merosot hingga 20,4 persen pada April tahun ini akibat kebijakan kuncitara kala pagebluk COVID-19. Data yang baru dirilis hari ini tersebut menunjukkan salah satu rekor terendah pelemahan ekonomi Britis. 

Dalam periode tiga bulan hingga April, produk domestik bruto Inggris mengerut sebesar 10,4 persen dari triwulan sebelumnya menurut Badan Statistik Nasional Inggris dikutip CNA. Sementara menurut jejak pendapat Reuters dari para ekonom telah menentukan rata-rata penurunan bulanan mencapai 18,4 persen.

"Sejalan dengan banyak situasi ekonomi lain di seluruh dunia, virus corona memiliki dampak yang parah pada perekonomian kita," kata Menteri Keuangan Rishi Sunak.

Kebijakan jaring ekonomi pemerintah termasuk skema membayar pekerja yang diberhentikan sementara, di samping dana hibah, pinjaman dan potongan pajak untuk perusahaan strategis Inggris, "punya peluang terbaik untuk bisa memulihkan dengan cepat ketika perekonomian kembali dibuka," katanya.

Minggu depan, rencananya sektor ritel Inggris akan dibuka kembali, asalkan protokol kesehatan seperti aturan jarak sosial tetap dipatuhi. Sektor manufaktur dan jasa adalah yang paling terdampak pelemahan ekonomi ini. Masing-masing turun sebesar 24 dan 19 persen.

Bank of England (BoE) dan Badan Anggaran Negara telah memperingatkan bahwa Inggris bisa saja menunju resesi terparah sejak tiga abad lalu. Gubernur BoE Andrew Bailey mengatakan bahwa ia bisa melihat tanda-tanda pemulihan ekonomi sejak kebijakan kuncitara dilonggarkan. Namun, ia memperingatkan masih ada kemungkinan kerusakan ekonomi jangka panjang.

Nada yang sama juga terlontar dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Organisasi itu mengatakan Inggris berada di koridor menuju penurunan ekonomi terburuk di antara negara-negara yang tergabung dalam OECD dengan perkiraan kontraksi ekonomi mencapai 11,5 persen pada tahun ini.