Pandemi COVID-19, Inggris Catat Rekor Kematian Akibat Alkohol
Ilustrasi minuman beralkohol. (Wikimedia Commons/Angie Garrett)

Bagikan:

JAKARTA - Inggris mencatat rekor peningkatan jumlah kematian yang disebabkan oleh penyalahgunaan alkohol tahun lalu, yang menurut pejabat kesehatan masyarakat terkait dengan dampak sosial yang lebih luas dari pandemi COVID-19.

Sekitar 8.974 orang meninggal karena penyebab spesifik alkohol pada tahun 2020, atau 18,6 persen lebih banyak dari pada 2019, menjadi peningkatan terbesar sejak pencatatan dimulai pada 2001, sebut Kantor Statistik Nasional Inggris (ONS).

Data sebelumnya dari otoritas kesehatan di Inggris telah menunjukkan peningkatan 21 persen dalam kematian akibat penyakit hati alkoholik tahun lalu, ketika COVID-19 menutup pub tetapi menyebabkan banyak peminum berat mengonsumsi lebih banyak alkohol di rumah.

Sementara pada rentang waktu tahun 2012 hingga 2019, tingkat kematian alkohol di Inggris stabil, sebut ONS.

"Fakta bahwa tingkat kematian dari penyebab utama terkait alkohol meningkat pada tahun 2020, menunjukkan peningkatan bahaya alkohol adalah dampak pandemi yang lebih luas," sebut badan sektor publik, Office for Health Improvement and Disparities, mengutip Reuters 8 Desember.

Menentukan dengan tepat faktor-faktor yang mendorong peningkatan kematian akan memakan waktu, sebut ONS.

Total volume alkohol yang dijual di Inggris pada tahun 2020 sedikit turun. Tetapi, sebuah survei pada Maret 2021 menunjukkan peningkatan jumlah orang yang mengaku minum apa yang dianggap oleh pejabat kesehatan sebagai jumlah yang berbahaya, setara dengan lima botol anggur seminggu untuk pria, atau tiga setengah untuk wanita.

Sejalan dengan tahun-tahun sebelumnya, pria lebih dari dua kali lebih mungkin meninggal karena penyebab spesifik alkohol daripada wanita.

Untuk diketahui, penyakit hati adalah penyebab terbesar kematian spesifik alkohol, terhitung 78 persen dari kematian, diikuti oleh gangguan mental dan perilaku sebesar 12 persen dan 'penyebab eksternal' seperti keracunan yang tidak disengaja sebesar 6 persen.

Sementara, tingkat kematian di Skotlandia dan Irlandia Utara sekitar 50 persen lebih tinggi daripada di Inggris atau Wales.