Bagikan:

JAKARTA - Selama dua hari, penambahan kasus positif COVID-19 secara nasional cukup signifikan. Seribu lebih masyarakat Indonesia terjangkit virus ini dalam sehari. Dengan adanya penambahan kasus tersebut, memunculkan kabar baik dan buruk terkait langkah pencegahan.

Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair), Laura Navika Yamani mengatakan, kabar baik dari penambahan jumlah kasus selama dua hari itu, yakni, hampir tercapainya target dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pemeriksaan spesimen. Sehingga, peta penyebaran pun bisa dioptimalkan untuk menentukan langkah selanjutnya.

"Target pemeriksaan dari Pak Jokowi hampir tecapai di mana sebelumnya menargetkan minimal 20 ribu per hari. Ini merupakan kabar baik," ucap Laura kepada VOI, Rabu, 10 Juni.

Namun, di sisi lain, penambahan jumlah kasus secara signifikan tersebut juga membawa kabar buruk. Sebab, hal itu menandakan penyebaran virus masih terus terjadi di masyarakat.

Kemudian, hal itu juga mencerminkan lemahnya pemeriksaan terhadap orang-orang yang berpotensi tertular atau memiliki riwayat kontak dengan pasien positif. Bahkan, kemungkinan lainnya, angka pasien positif yang selama ini disebutkan bukanlah jumlah yang sebenarnya.

"Mungkin sebelumnya malah bukan merupakan angka real dari kasus karena masih terbatasnya pemeriksaan," tegas Laura.

Monitoring jumlah kasus positif

Untuk itu, lanjut Laura, dengan jumlah penambahan kasus yang besar, maka pemerintah harus mengawasi dengan benar. Sehingga, bisa menentukan langkah tepat dalam penanganan bagi mereka yang terjangkit COVID-19.

"Ini menjadi indikator bahwa penanganan penyebaran COVID-19 harus dimonitor selama beberapa hari ke depan. Kemudian melihat apakah kasus positif baru dapat memperoleh penanganan atau perawatan di fasilitas kesehatan sehingga tidak menimbulkan korban meninggal yang bertambah akibat COVID-19," papar Laura.

Sebelumnya, Juru Bicara Percepatan Penanganan COVID-19, Ahmad Yurianto mengatakan, sebanyak 1.241 orang dinyatakan sebagai kasus positif baru pada Rabu, 10 Mei. Penambahan kasus positif dalam jumlah banyak disebabkan pencarian riwayat kontak kasus positif semakin agresif. Hal ini dibuktikan dengan penambahan kasus yang terjadi merupakan spesimen dari Puskesmas dan Dinas Kesehatan.

"Penambahan kasus positif ini disebabkan karena tracing yang agresif dilakukan. Sehingga bisa kami lihat bahwa sebagian besar penambahan kasus ini adalah spesimen yang dikirim oleh puskesmas atau dinas kesehatan, tidak didominasi oleh spesimen yang dikirim oleh Rumah Sakit," ungkap Yuri.

Meski perhitungan secara keseluruhan mengalami peningkatan, jika merujuk pada penyebaran per provinsi angka kasus positif masih dalam kondisi stabil.

"Secara keseluruhan kita masih meningkat angkanya, tapi kemudian kita melihat sebaran per provinsi, sebenarnya sebagian besar provinsi sudah dalam kondisi stabil," tandas Yuri.