Sampah Medis Meningkat, BRIN Gandeng Swasta Sediakan Mesin Pengolah Limbah Mobile di Permukiman
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko (Foto: Tangkap layar Youtube/Diah Ayu)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyebut pihaknya akan menggandeng 20 perusahaan swasta untuk membuat mesin pengolahan limbah medis di lingkungan permukiman.

Hal ini ia sampaikan usai mengikuti rapat terbatas yang dipimpin oleh Presiden Joko Widodo. Dalam rapat tersebut, Jokowi mengkhawatirkan peningkatan limbah B3 medis seiring tinginya angka kasus COVID-19.

Sayangnya, saat ini baru ada 4,1 persen dari rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki insinerator atau pembakar sampah yang berizin. Karenanya, Jokowi meminta BRIN segera menanganinya.

"Kami di BRIN menyampaikan bahwa ada beberapa teknologi yang sudah dikembangkan oleh teman-teman kita untuk membantu peningkatan jumlah kapasitas pengolahan limbah ini secara signifikan, khususnya adalah teknologi yang bisa dipakai untuk pengolahan limbah di skala yang lebih kecil dan sifatnya mobile," kata Handoko dalam konferensi pers virtual, Rabu, 28 Juli.

Handoko menjelaskan, pengolah limbah mobile ini dilengkapi dengan plasma. Plasma ini menekan emisi dioksin yang dihasilkan, sehingga aman jika berada di dekat permukiman.

"Ukurannya juga tidak besar. Biaya operasional relatif kecil. Itu yang bisa menjadi salah satu solusi untuk shelter khusus pengolahan limbah. Misalanya di satu keluarahan, sehingga tidak perlu di bahwa ke TPA dan ini bisa mengatasi problem limbah medis (pasien COVID-19) isoman," jelas dia.

Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengatakan jumlah limbah medis berbahaya khususnya terkait penanganan COVID-19 mencapai belasan ribu ton.

"Menurut data yang masuk ke pemerintah pusat dan direcord Kementerian LHK bahwa limbah medis sampai 27 Juli berjumlah 18.460 ton," kata Siti.

Namun, data ini belum seluruhnya tercatat dan KLHK terus berusaha memperbaikinya. Apalagi, berdasarkan catatan asosiasi rumah sakit, limbah medis COVID-19 bisa mencapai 383 ton perharinya.

Seluruh limbah berasal dari fasilitas layanan kesehatan dari mulai rumah sakit, hingga tempat isolasi karantina mandiri, tempat testing COVID-19, dan tempat vaksinasi.

Limbah medis terdiri dari infus bekas, masker, vail vaksin atau botol tempat vaksin sekali pakai, jarum suntik, face shield, perban, hazmat, alat pelindung diri (APD), sarung tangan, alat tes polymerase chain reaction (PCR), dan alkohol swab atau pembersih.

Dengan banyaknya limbah medis tersebut, Siti mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengarahkan agar pengelolaan limbah medis dilakukan lebih intensif dan sistematis dari mulai lingkungan terkecil seperti rumah masyarakat.

"Jadi diperhatikan bagaimana sistem itu bekerja dari rumah sampai ke pusat-pusat pelayanan atau pararel sampai kepada tempat penanganan," tegasnya.