Beda dengan Wagub DKI, Kadinkes Akui Ada Penurunan Angka Testing COVID-19
Ilustrasi (Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti mengaku ada penurunan jumlah orang yang diperiksa atau testing COVID-19, meski jumlahnya masih tinggi.

Hal ini berbeda dengan keterangan Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria yang menyebut tak ada penurunan angka testing di Jakarta. Widyastuti menjelaskan, angka testing di Jakarta bisa menurun karena jumlah kasus COVID-19 di ibu kota sudah mulai turun.

"Testing dan tracing itu kan tergantung dari kasus. Semakin tinggi kasusnya, semakin meningkat juga testing. Kalau jumlah kasusnya menurun, tentu jumlah testingnya juga menurun," kata Widyastuti kepada wartawan, Selasa, 20 Juli.

Namun, ia mengaku angka testing juga sempat menurun saat kasus masih tinggi. Hal ini disebabkan karena sejumlah laboratorium pemeriksaan PCR di Jakarta terlambat menginput data.

"Kemarin kemarin saat kasusnya masih sangat tinggi memang ada beberapa lab yang sedikit terlambat menginput data sehingga seolah-olah testingya belum terinput dan (perbaikan) ini yang terus menerus kita lakukan," ucap dia.

Sebagai penjelasan, Widyastuti bilang angka testing didapat dari pengembangan kasus positif. Kedua, testing juga didapat dari penelusuran kontak erat dari suatu kasus. Yang ketiga, testing diambil dari seseorang yang akan melakukan perjalanan dan ahrus menyertakan surat hasil tes negatif.

Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut pertambahan kasus baru COVID-19 di Jakarta per hari dalam beberapa hari terakhir mulai menurun. Seiring dengan itu, ternyata jumlah warga yang menjalani tes PCR juga menurun sepekan terakhir.

Sejak 11 Juli, angka tes PCR selalu berada di angka 42 ribu sampai 56 ribu per hari. Namun, mulai 19 Juli lalu hanya 28 ribu orang sampai sekarang angka tes sekitar 30 ribu. Namun, Riza membantah penurunan kasus karena penurunan jumlah spesimen yang diperiksa.

"Penurunan jumlah kasus bukan karena berkurangnya testing. Justru testing di DKI Jakarta sangat tinggi, datanya sudah 207.339 sepekan. Itu artinya lebih dari 20 kali lipat dari standar yang diminta oleh WHO," kata Riza di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Jumat, 23 Juli.