JAKARTA - Presiden Joko Widodo meminta semua perguruan tinggi atau kampus yang sudah berusia tua melakukan peremajaan sistem belajar dalam menghadapi kemajuan teknologi.
Hal ini ia sampaikan dalam konferensi Forum Rektor Indonesia secara virtual yang diikuti oleh rektor dan pimpinan perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
"Perguruan tinggi yang usianya sudah tua tolong segera lakukan peremajaan diri, peremajaan kurikulum dan sistem pembelajaran, peremajaan manajemen dan perilaku agar tetap tangguh dan kompetitif di dunia yang baru," ucap Jokowi seperti yang diunggah dalam Youtube Sekretariat Presiden, Selasa, 27 Juli.
Sementra, perguruan tinggi yang masih muda, saat ini dapat mengambil kesempatan emas. Menurut Jokowi, perguruan tinggi yang muda tidak terbebani untuk membuang tradisi kerja masa lalu.
"Perguruan tinggi baru berkesempatan untuk melompat ke cara kerja baru, ke kurikulum baru, ke manajemen model baru," ucapnya.
Jokowi melanjutkan, pandemi COVID-19 merupakan rangkaian serial distrupsi, menambah disrupsi yang sebelumnya dipicu Revolusi Industri 4.0. Perubahan lanskap sosial budaya, perubahan lanskap ekonomi, perubahan lanskap politik mengalami perubahan besar akibat Revolusi Industri 4.0.
"Kita harus akui bahwa teknologi telah menjadi master disrupsi. Perdagangan telah bergeser menjadi e-commerce. Dynia perbankan telah terdistrupsi oleh hadirnya fintech dan berbagai macam e-payment. Dunia kedokteran dan farmasi semakin terdistrupsi oleh health tech. Profesional hukum juga mulai diguncang oleh regtech dan dunia pendidikan telah terdistrupsi besar-besaran oleh edutech," jelas Jokowi.
BACA JUGA:
Karenanya, lembaga pendidikan tinggi mau tidak mau harus memperkuat posisinya sebagai edutech institution. Adapun teknologi paling dasar adalah pembelajaran memanfaatkan teknologi digital.
Ia bilang, digital learning bukan hanya digunakan untuk memfasilitasi pengajaran oleh dosen internal kampus kepada mahasiswa, namun juga memfasilitasi mahasiswa untuk belajar kepada siapapun juga, di manapun juga, tentang apapun juga.
"Pembelajaran dari para praktisi termasuk pelaku industri sangat penting untuk difasilitasi. Kurikulum harus memberikan bobot SKS yang jauh lebih besar bagi mahasiswa untuk belajar dari praktisi dan industri. Eksposur mahasiswa dan dosen kepada industri teknologi masa depan harus ditingkatkan," ucap dia.
"Pengajar dan mentor dari pelaku industri magang mahasiswa ke dunia industri dan bahkan industri sebagai tenant di dalam kampus harus ditambah, termasuk organisasi praktisi lainnya juga harus diajak berkolaborasi," lanjutnya.