Bagikan:

PONTIANAK - Wali Kota Pontianak, Kalimantan Barat, Edi Rusdi Kamtono mengatakan diperpanjang-tidaknya PPKM darurat akan diputuskan, Rabu, 21 Juli, lusa.

"Dari rapat evaluasi bersama Presiden Joko Widodo dan menteri tadi, di Pontianak mulai ada perubahan sedikit, tetapi masih berada di level empat untuk tingkat ketertularannya atau masih tinggi," kata Edi Rusdi Kamtono di Pontianak dikutip Antara, Senin, 19 Juli.

Dia menjelaskan, untuk menentukan apakah PPKM Darurat di Kota Pontianak diperpanjang atau tidak maka pihaknya akan mengadakan rapat koordonasi dengan Gubernur Kalbar, Rabu, 21 Juli.

"Kami berharap ada perubahan, karena kuncinya memang tingkat hunian di rumah sakit dan termasuk ketersediaan oksigen. Alhamdulillah sekarang sudah dibentuk Satgas Oksigen agar tidak terjadi kekurangan seperti sebelumnya," katanya.

Edi Rusdi menambahkan, berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo dan menteri, intinya adalah PPKM dikategorikan menjadi empat level yakni level satu, dua, tiga dan empat. Untuk zona hijau masuk pada level satu, zona kuning level dua, level tiga pada zona oranye dan level empat zona merah.

"Untuk tingkat ketertularan di Kota Pontianak masih masuk dalam kategori level empat tetapi saat ini sudah ada sedikit pengurangan," ujarnya.

Menurut wali kota, indikator yang menyebabkan level empat diantaranya tingkat ketertularan meningkat, Bed Occupancy Rate (BOR) atau ketersediaan tempat tidur di atas 80 persen.

"Kasus aktif sekarang sudah mulai sedikit menurun, jika sebelumnya sempat di atas 400 kasus, sekarang turun hingga angka 200 kasus. Selain tingkat kesembuhan pasien, penerapan protokol kesehatan menjadi kunci utama menekan penyebaran COVID-19 dengan menggunakan masker, mencuci tangan dan menghindari kerumunan serta menjaga jarak," ujarnya.

Edi menyebutkan, perilaku masyarakat Kota Pontianak sudah mulai memahami betapa mematikannya virus corona yang menyerang tubuh manusia. Hal itu tergambarkan hampir setiap hari mobil ambulan yang lalu lalang, baik itu yang membawa pasien COVID-19 untuk dirawat di rumah sakit maupun yang meninggal dunia.

"Kondisi itu dialami warga di lingkungan sekitar sehingga mereka sadar bahwa COVID-19 itu mematikan," katanya.

Sementara itu, menurut dia, informasi di media sosial terkadang memberitakan yang kontraproduktif. "Semestinya kita sama-sama satu persepsi untuk melawan COVID-19 sehingga kita bisa menekan angka ketertularan COVID-19 di Kota Pontianak," ujarnya.