Penerapan Kenormalan Baru Bukan Berarti Hidup Bebas
Ilustrasi (Angga Nugraha/VOI)

Bagikan:

JAKARTA - Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19, Achmad Yurianto mengatakan, konsep kenormalan baru akan mulai diberlakukan di beberapa daerah. Namun, aturan baru tersebut bukan berarti masyarakat bisa berpergian secara bebas.

Pada konsep kenormalan baru, beberapa aktivitas yang boleh dilakukan adalah kegiatan yang mampu mendongkrak produktifitas mayarakat dan membantu meningkatkan perekonomian. Namun, dengan catatan tetap mengedepankan protokol kesehatan.

"Ini bukan sebuah euforia yang kemudian diekspresikan dengan merasa bebas, bebas untuk melakukan apapun, bebas untuk bertindak apapun," ucap Yuri di Graha BNPB, Jakarta, Selasa, 7 Juni.

Kemudian, masyarakat juga tidak bisa seenaknya mendatangi mal dengan membawa orang yang rentan terjangkit virus. Terlebih, mereka yang memiliki riwayat penyakit bawaan.

Masyarakat harus lebih dewasa dalam memutuskan segala hal termasuk saat berpergian. Sebab, apabila sudah tertular sulit disembuhkan dan akan menularkan lagi pada orang lain, termasuk keluarganya.

"Keluarga betul-betul melindungi seluruh anggota keluarganya. Apabila kemudian ada beberapa pusat pembelanjaan yang sudah dibuka, bukan berarti kemudian kita memiliki kebebasan dengan membawa orang tua kita, membawa orang-orang yang memiliki penyakit bawaan," papar Yuri.

Bukan hal yang rumit

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional atau Bappenas Suharso Monoarfa menyebut, konsep kenormalan baru bukanlah hal yang sulit untuk diterapkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi, belakangan ini masyarakat sudah beradaptasi dengan kenormalan baru.

"Kebiasaan baru ini bukan rumit. Kebiasaan-kenbiasaan baru ini sudah kita praktekkan pada akhir-akhir ini," kata Suharso.

Kunci dalam menerapkan kenormalan baru adalah dengan mengedepankan hidup bersih dan sehat. Sebab, hanya dengan jaga jarak fisik, rajin mencuci tangan, dan mengenakan masker saat ke luar rumah, sudah bisa atau paling tidak mengurangi potensi terjangkit COVID-19.

Kemudian, merubah sedikit kebiasaan dengan rajin membersihkan tubuh atau mandi. Terlebih jika didukung dengan selalu mengganti pakaian seusai berpergian dan tetap konsisten dalam menjalankan protokol kesehatan.

"Tradisi atau kebiasaan baru ini adalah sebuah keniscayaan, sebuah kemestian ketika kita akan beradaptasi dengan kehidupan yang bersama-sama COVID-19," pungkas Suharso.