JAKARTA - Survei serologi mengungkap sebagian masyarakat di DKI Jakarta telah terpapar COVID-19. Selain itu survei yang dilaksanakan Tim Pandemi FKM UI, Lembaga Eijkman, dan CDC Indonesia ini juga mengungkap perempuan serta orang gemuk lebih mudah terpapar virus tersebut.
Adapun survei serologi ini dilaksanakan berbasis populasi dengan metode sampling, pada kurun waktu 15-31 Maret lalu dan dilakukan di 100 kelurahan di 6 wilayah kota/kabupaten administrasi yang mencakup 4.919 sampel.
"Dari jenis kelaminnya perempuan lebih tinggi 47,9 persen dan laki-laki 41 persen," kata pidemiologi dari Tim FKM UI Pandu Riono dalam diskusi secara daring, Sabtu, 10 Juli.
Dia juga memaparkan virus ini hampir menyebar pada seluruh kelompok usia. "Jadi tidak benar kalau hanya menerang lansia saja. Tapi ini seluruh penduduk termasuk anak yang kita khawatirkan memang semakin banyak yang mulai terinfeksi, bergejala, dan meninggal," ujarnya.
Sementara untuk wilayah tempat tinggal, Pandu mengatakan masyarakat di kawasan Jakarta Pusat paling banyak yang terpapar atau mencapai 53,7 persen. Sedangkan yang paling rendah adalah kepulauan seribu yaitu berkisar 39 persen.
Hal tersebut, sambungnya, harus menjadi gambaran bagi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta jika mobilitas penduduk tertinggi terjadi di wilayah Jakarta Pusat karena terdapat banyak perkantoran.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, Pandu juga memaparkan masyarakat yang belum menikah dilaporkan paling rendah mengalami paparan COVID-19. "Sedangkan yang lebih tinggi itu pada yang (sudah, red) kawin. Ini tidak ada penjelasannya kenapa tapi memang menggambarkan situasi potret pada bulan Maret dan penduduk waktu itu," jelas Pandu.
Dari survei ini, diketahui masyarakat yang tinggal di wilayah kumuh lebih tinggi potensi terpapar COVID-19 dengan persentase mencapai 48,4 persen. Sementara mereka yang tinggal di kawasan tidak kumuh persentase terpaparnya mencapai 37,5 persen.
Terakhir, Pandu menyebut penduduk yang lebih gemuk atau obesitas cenderung terpapar COVID-19. Hal ini didasari dari karakteristik sampel yang mereka peroleh.
Di mana saat pemeriksaan dilakukan, mereka bukan hanya mengambil sampel antibodi tapi juga melakukan pemeriksaan berat badan dan tinggi badan.
"Ternyata penduduk yang lebih gemuk yang terinfeksinya lebih tinggi," pungkasnya.