Bagikan:

JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Benua Amerika kini jadi episentrum baru pandemi COVID-19. Hal tersebut disampaikan dalam briefing rutin, ketika sebuah studi dari Amerika Serikat (AS) memprediksi lonjakan kematian di Brasil dan negara-negara Amerika Latin lain akan berlangsung hingga Agustus.

"Sekarang bukan saatnya bagi negara-negara untuk mengurangi pembatasan," kata Carissa Etienne, Direktur WHO untuk Amerika dan kepala Organisasi Kesehatan Pan-Amerika (PAHO), mengatakan melalui konferensi video.

Dilansir Reuters, Rabu 27 Mei, Benua Amerika telah melaporkan lebih dari 2,4 juta kasus COVID-19 dan lebih dari 143 ribu di antaranya berujung dengan kematian. Angka COVID-19 di Amerika Latin telah melewati angka di Eropa dan AS dalam kasus per harinya.

"Wilayah kami telah menjadi pusat pandemi COVID-19," kata Etienne, ketika direktur PAHO lainnya memperingatkan ada minggu-minggu yang 'sangat sulit' untuk kawasan Amerika Latin. Ditekankan lagi bahwa Brasil memiliki jalan panjang untuk keluar dari pandemi.

Yang juga menjadi perhatian para pejabat WHO adalah wabah di Peru, Chili, El Salvador, Guatemala dan Nikaragua. Ketika tingkat kematian harian Brasil menjadi yang tertinggi di dunia pada Senin 25 Mei, sebuah penelitian dari Universitas Washington memperingatkan bahwa jumlah total kematian negara itu bisa naik lima kali lipat menjadi 125.000 pada awal Agustus.

Perkiraan dari Institut Metrik dan Evaluasi Kesehatan (IHME) datang dengan seruan agar kuncitara Brasil, yang ditentang oleh Presiden Brasil Jair Bolsonaro. Sementara itu, sata saat ini memproyeksikan kematian akibat COVID-19 di Peru berjumlah hampir 20.000 pada Agustus, kata IHME. Hal tersebut mengindikasikan permintaan pasokan tempat tidur di unit perawatan intensif akan segera melonjak.

Proyeksi model IHME terbaru menunjukkan angka kematian meningkat menjadi hampir 12 ribu di Cile, tujuh ribu di Meksiko, enam ribu di Ekuador, 5.500, di Argentina dan 4.500 di Kolombia pada Agustus nanti.

Satu negara di wilayah Pan-Amerika yang relatif menghadapi COVID-19 dengan baik adalah Kuba. Data dari IHME memperkirakan bahwa jumlah kematian akibat COVID-19 di Kuba hanya 82 pada Agustus sementara negara tersebut akan terus melakukan pengujian.

Selain Brasil, saat ini Peru dan Cile juga menjadi negara yang terparah akan dampak COVID-19. Kedua negara sekarang memegang tingkat infeksi tertinggi di dunia per kapita di atas rata-rata selama tujuh hari, menurut Our World in Data (OWID), sebuah situs web statistik independen yang berkantor pusat di Universitas Oxford.

Sementara Brasil mengambil alih posisi Rusia untuk menjadi negara dengan kasus COVID-19 tertinggi setelah AS. Pada Senin, dua anggota pemerintah Cile, Menteri Energi Juan Carlos Jobet dan Menteri Pekerjaan Umum Alfredo Moreno, dinyatakan positif terkena virus tersebut pada setelah menunjukkan gejala ringan.

"Sekaranglah saatnya untuk tetap kuat, untuk tetap waspada, dan untuk secara agresif menerapkan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang telah terbukti. Kami telah belajar dari daerah lain, kami telah belajar apa yang berhasil dan yang tidak, dan kami harus terus menerapkan pengetahuan ini," tukas Etienne.