Tenaga Kesehatan Terpapar COVID-19, 7 Puskesmas di Cianjur Hentikan Pelayanan
FOTO ILUSTRASI/DOK ANTARA

Bagikan:

CIANJUR - Satgas COVID-19 Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, mencatat ada 7 puskesmas di wilayah tersebut terpaksa menghentikan seluruh kegiatan dan pelayanan dalam satu bulan terakhir. Penyebabnya karena sebagian besar tenaga medisnya terpapar virus corona dan menjalani isolasi mandiri.

"Satu bulan terakhir ada 7 puskesmas yang menghentikan seluruh kegiatannya karena tenaga medis dan karyawanya positif COVID-19, namun pekan ini, 4 di antaranya sudah kembali beroperasi normal," kata Juru Bicara Pusat Informasi dan Koordinasi COVID-19 Kabupaten Cianjur, dr Yusman Faisal dikutip Antara, Kamis, 1 Juli.

Dia menjelaskan, untuk tiga puskesmas lainnya, yakni Cilaku, Ciranjang dan Puskesmas Sukaluyu, masih belum beroperasi karena puluhan tenaga medis, karyawan dan keluarganya masih menjalani isolasi mandiri di rumah dan vila khusus.

Sebagian besar baru menjalani isolasi selama beberapa hari, dibawah pengawasan gugus tugas kecamatan dan tenaga medis dari puskesmas terdekat, sedangkan yang menjalani isolasi di Vila Ciherang dan BLPP Cimacan mendapat pengawasan dari satgas dan tenaga medis RSUD Cimacan.

Hingga awal bulan, tutur dia, tingkat penularan COVID-19 masih cukup tinggi, sehingga ruang isolasi terpaksa ditambah di sejumlah tempat agar pasien dengan gejala berat dapat menjalani isolasi secara maksimal.

"Kondisi mereka yang menjalani isolasi sudah mulai berangsur membaik, tercatat hingga saat ini, pasien positif COVID-19 yang masih menjalani isolasi sebanyak 1.140 orang, tersebar mulai dari mandiri, rumah sakit dan tempat khusus," katanya.

Yusman menambahkan, selama pandemi hingga saat ini, jumlah pasien positif COVID-19 mencapai 7.606 orang dan pasien yang sembuh tercatat 6.111, sedangkan pasien meninggal dunia sebanyak 185 orang.

Terkait penuhnya ruang isolasi terpusat, meski telah ditambah puluhan ruangan, pihaknya mengimbau warga yang terpapar COVID-19 dengan gejala ringan dan sedang, dapat menjalani secara mandiri atau di ruang isolasi yang terdapat di desa masing-masing.

"Untuk pelayanan tetap sama dengan yang diberikan di tempat isolasi di rumah sakit dan vila khusus, sehingga mereka yang terpapar tanpa gejala, dapat menjalani isolasi di ruang isolasi desa agar kesulitan ruangan dapat diatasi," ujar Yusman.