Bagikan:

JAKARTA - Juru Bicara Penanganan COVID-19 Achmad Yurianto mengumumkan perkembangan kasus COVID-19 di Indonesia pada Sabtu, 23 Mei. Hasilnya, pasien positif COVID-19 saat ini jumlahnya bertambah sebanyak 949 orang hingga totalnya saat ini mencapai 21.745 orang. Angka ini pun masih naik turun.

"Gambaran inilah yang kita dapatkan bahwa penularan masih terus terjadi. Oleh karena itu, pesan pemerintah, pesan tentang COVID-19 harap diikuti dengan baik," kata Yuri dalam konferensi pers yang ditayangkan di akun YouTube BNPB, Sabtu, 23 Mei.

Sementara untuk angka jumlah pasien sembuh saat ini bertambah sebanyak 192 orang, sehingga secara kumulatif jumlahnya menjadi 5.249 orang. 

Sedangkan untuk angka pasien COVID-19 yang meninggal dunia pada hari ini, kata Yuri, berjumlah 25 orang sehingga totalnya menjadi 1.351 orang.

Selanjutnya, untuk jumlah spesimen yang berhasil diperiksa saat ini jumlahnya mencapai 10.617 dengan rincian Real-Time PCR sebanyak 10.433 spesimen dan TCM berjumlah 184 spesimen. 

Kemudian untuk jumlah orang dalam pengawasan (ODP) sat ini jumlahnya mencapai 49.958 orang yang kini tengah dalam proses pemantauan. Sementara untuk jumlah pasien dalam pengawasan (PDP) mencapai 11.495 orang.

Angka penambahan ini terhitung fluktuatif atau masih naik turun. Pada hari sebelumnya, Jumat, 22 Mei jumlah penambahan pasien COVID-19 mencapai 634 orang. Sedangkan pada Kamis, 21 Mei jumlahnya penambahan kasus bertambah sebanyak 973 orang.

Bicara soal kondisi RS Darurat Wisma Atlit Kemayoran

Dalam konferensi pers tersebut, Yurianto juga menyinggung soal kondisi RS Darurat Wisma Atlit Kemayoran, Jakarta. Kata dia, saat melaksanakan kunjungan, rumah sakit ini sudah menjalankan standar operasional prosedur (SOP) yang berlaku bagi para petugas medis dan relawannya.

Dia menyatakan, rumah sakit ini juga memiliki perbedaan yang menyolok dengan rumah sakit lainnya. Termasuk, soal zonasi kekarantinaan. Kata dia, jika di rumah sakit pada umumnya orang bebas keluar masuk tapi di RS Darurat Wisma Atlit Kemayoran hal tersebut tidak bisa dilakukan.

"Seluruh fasilitas yang ada di dalam pagar rumah sakit, pagar wisma atlit adalah daerah karantina. ... Ini tidak akan sama dengan RS yang sudah biasa kita lihat," ungkap Yurianto.

Dia juga mengatakan, seluruh sumber daya manusia yang membantu jalannya operasional rumah sakit ini juga diperhatikan dengan ketat.

Sebab, seluruh tenaga kesehatan baik dari Kementerian Kesehatan atau kementerian lain, TNI/Polri, serta sejumlah relawan dari perguruan tinggi maupun pihak lain harus memahami SOP perlindungan diri selama bertugas.

Selain itu, setelah selesai bertugas, akan dilaksanakan pemeriksaan bagi para tenaga yang bekerja di sana. "Akhir penugasan adalah memastikan bahwa mereka aman untuk kembali bersama keluarga," jelas Yurianto.

"Semua petugas yang telah mengakhir masa tugasnya akan dilakukan pemeriksaan kesehatan secara keseluruhan termasuk pemeriksaan swab dan harus diyakini negatif (sebelum kembali ke rumah)," imbuhnya.

Ada kecemasan pasien jelang Hari Raya Idulfiri

Dalam kunjungannya ke RS Darurat Wisma Atlit Kemayoran, Yurianto mendapatkan informasi mengenai adanya permasalah psikologis yang dirasakan oleh pasien mandiri yang dirawat di sana. 

Adapun maksud dari pasien mandiri adalah mereka bisa mengurusi diri sendiri dan tidak menggunakan alat kesehatan, seperti infus ataupun oksigen. 

Permasalah psikologis yang dihadapi para pasien di rumah sakit tersebut adalah kerinduan mereka untuk bertemu keluarga. Mengingat, di rumah sakit ini pasien tidak diperbolehkan untuk ditengok oleh keluarga mereka. Sehingga, ini membuat kecemasan bagi pasien jelang Hari Raya Idulfitri.

"Saat ini adalah menjelang Idulfitri. Oleh karena itu, kecemasan untuk ingin ketemu keluarga, kecemasan ingin berlebaran menjadi hal besar yang didominasi. Ini menjadi pekerjaan besar dan harus direspon dan kami bersyukur organisasi profesi turun tangan dalam menangani masalah ini," kata Yurianto.

Selain mendapat laporan soal pasien, dalam kunjungan tersebut Yurianto juga menyatakan pihaknya sempat berdiskusi dengan tenaga medis yang bekerja di sana. Hasilnya, mereka menyadari jika tak bisa berlebaran seperti biasa dengan keluarga mereka.

"Inilah pengorbanan yang cukup besar dan harus kita apresiasi. ... Oleh karena itu, mari kita patuhi semua arahan yang sudah diberikan oleh pemerintah karena kalau tidak dilakukan maka beban masalah akan besar dan kita menghadapi problema yang berkepanjangan," pungkasnya.