Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah partai menyatakan penolakan terhadap usulan masa jabatan presiden 3 periode mulai dari Gerindra, PAN, Golkar dan PDIP. Sebagai partai pengusung, PDIP bahkan menilai, usulan mencalonkan kembali Joko Widodo (Jokowi)  akan mengubah UUD 1945 dan hal itu bertentangan dengan sikap partai.

Penolakan demi penolakan ini justru tak dihiraukan komunitas Jokowi-Prabowo (Jokpro). Bodo amat (Tak dipedulikan), begitu kata generasi saat ini. Jokpro kukuh ingin duet ini maju Pilpres 2024. 

Penasihat Relawan Jokpro untuk 2024 Muhammad Qodari mengaku tak mau ambil pusing terkait penolakan sejumlah partai politik tersebut. 

Menurutnya, saat ini relawan ingin fokus dulu menggalang dukungan dari masyarakat demi merealisasikan usulan perpanjangan masa jabatan presiden itu.

Qodari yakin dan optimis parpol-parpol akan mengikuti jika rakyat sudah berkehendak Jokowi presiden lagi.

“Kita bicara sama rakyat. Nanti kalau rakyat sudah mendukung, partai pasti ikut. Politician go where the voters are,” ujar Qodari kepada wartawan, Selasa, 22 Juni.

Menurutnya, suara rakyat lah yang sangat berpengaruh dalam realisasi usulan 3 periode presiden.

“Jadi, kenapa Jokpro konsentrasi ke masyarakat, karena dalam demokrasi ya, parpol mendengarkan masyarakat. Jadi kami konsentrasi kepada masyarakat,” imbuhnya.

Qodari pun merujuk pada hasil survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), yang dirilis 20 Juni. Dimana menyatakan 66 persen pemilih PDIP setuju apabila Jokowi kembali maju di periode ketiga.

Qodari justru mengingatkan PDIP mesti mempertimbangkan hasil survei tersebut agar tak ditinggalkan oleh pemilihnya.

“Peluang itu sangat besar, terutama kalau melihat survei SMRC, 66 persen pemilih PDIP, mendukung Jokowi tiga periode. PDI harus melihat aspirasi pendukungnya, kalau tidak akan ditinggalkan oleh pemilihnya,” jelas Qodari.

Kendati demikian, dalam survei yang sama, publik tidak setuju jika presiden Jokowi kembali menjadi capres untuk ketiga kalinya. Hasil surveinya pun 52.9 persen. Sementara yang setuju jumlahnya lebih sedikit, yakni 40.2 persen, dan tidak menjawab 6.9 persen.