JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Grifith Australia Dicky Budiman meminta pemerintah daerah menggalakkan pelaksanaan testing, tracing, dan treatment atau 3T untuk mencegah terjadinya ledakan kasus COVID-19 di Tanah Air. Permintaan ini ditujukkan utamanya bagi daerah yang minim melaksanakannya.
Apalagi, dia menilai penyebaran COVID-19 di 2021 akan lebih buruk ketimbang setahun lalu. Sehingga, pemerintah daerah dibantu pemerintah pusat harus bertindak lebih maksimal.
"Respons kita juga harus lebih besar. Tidak bisa sama seperti tahun lalu. Tidak bisa asal, tidak bisa merasas aman-aman saja terutama di daerah yang kapasitas 3T minim," kata Dicky kepada VOI, Jumat, 18 Juni.
Dia mengatakan menemukan kasus dan mengisolasi para pasien COVID-19 adalah sebuah kewajiban. "Kalau enggak bisa testing ya harus temukan kasus dengan cepat," tegasnya.
"Ini yang harus dilakukan pemerintah daerah dengan dukungan pusat. Kalau itu tidak dilakukan kita akan mengalami ledakan kasus yang tidak terkendali," imbuhnya.
Lebih lanjut, dirinya juga menyinggung peningkatan kasus yang saat ini sedang terjadi di sejumlah daerah. Dicky mengatakan, hal ini terjadi bertepatan saat gelombang pertama penyebaran COVID-19 menuju puncak.
Tak hanya itu, masuknya varian baru yaitu virus delta makin memperburuk penyebaran COVID-19 ditambah dengan melonggarnya kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan. Hanya saja, Dicky menilai, bukan hanya salah masyarakat. Menurutnya, hal ini juga terjadi karena pemerintah ikut berkontribusi.
Lagipula, sejak awal pandemi COVID-19 terjadi, dirinya menilai penerapan protokol kesehatan memang sudah longgar dan hal ini diawali dari kebijakan pemerintah mulai dari melaksanakan pemilu hingga tak mengantisipasi libur panjang.
"Jadi peningkatan itu sifatnya tidak hanya satu faktor seperti kasus India yang sangat signifikan peningkatannya. Di mana peningkatannya bukan kurva tapi seperti dinding yang menjulang tinggi," jelasnya.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito mengaku lonjakan kasus pada empat minggu setelah lebaran 2021 ini lebih tinggi dibanding 2020 lalu.
"Setelah disandingkan pada minggu keempat, ternyata kenaikan kasus pasca-Idulfitri di tahun ini secara nasional mengalami kenaikan yang lebih tinggi yaitu mencapai 112,22 persen. Sedangkan kenaikan kasus pada tahun 2020 adalah sebesar 93,11 persen," kata Wiku dalam konferensi pers virtual, Kamis, 17 Juni.
Wiku mengaku, kenaikan yang signifikan di tahun ini terjadi dalam waktu satu minggu. Yakni pada minggu keempat setelah lebaran.
"Dalam satu minggu saja, terjadi kenaikan hampir 2 kali lipat. Hal ini menyebabkan perbedaan yang signifikan pada keadaan di minggu ketiga lalu dengan minggu keempat saat ini," ujar dia.
Wiku merinci, kenaikan di minggu ketiga usai lebaran 2021 hanya sekitar 50 persen, sedangkan di tahun lalu kenaikannya mencapai sekitar 80 persen.
"Hanya dalam satu minggu saja, persentase kenaikan kasus di tahun ini bisa melampaui persentase kenaikan kasus di tahun lalu," ungkap Wiku.