JAKARTA - Partai NasDem kembali menjadi sorotan lantaran menutup pendaftaran konvensi calon presiden bagi para ketua umum partai politik. Padahal, konvensi yang sedianya dibuka pada 2022 itu bisa menjadi wahana penjaring capres potensial dari berbagai kalangan.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Esa Unggul M Jamiluddin Ritonga menyebut, NasDem masih perlu berkoalisi dengan partai politik lain. Merujuk pada Pileg 2019 lalu, partai besutan Surya Paloh tersebut hanya memperoleh suara 9,05 persen.
"Yang artinya, calon yang terpilih dalam konvensi belum tentu dapat diusung NasDem," kata Jamil di Jakarta, Jumat, 18 Juni.
Belum lagi saat koalisi, NasDem bakal dihadapkan oleh kendala prinsip dimana ketua umum partai politik tidak boleh mengikuti konvensi. Padahal, beberapa ketua umum partai politik seperti Prabowo Subianto, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) disinyalir akan dicalonkan oleh partai pada Pilpres 2024.
"Partai politik tersebut dengan sendirinya akan sulit berkoalisi dengan NasDem," jelas Jamil.
Oleh karena itu, Jamiluddin menilai konvensi NasDem yang menutup pintu bagi ketum parpol akan menjadi bumerang. Sebab, capres hasil konvensi pada akhirnya tidak dapat diusung pada Pilpres 2024.
"Jadi, semoga NasDem menyadari hal itu," terangnya.
BACA JUGA:
Lepas dari itu, konvensi capres Partai NasDem penting diapresiasi karena memberi ruang seluas-luasnya bagi anak bangsa yang ingin mendapat tiket calon presiden 2024. Bahkan, konvensi dinilai lebih transparan dan demokratis.
"Kompetisi terbuka ini memastikan calon yang terpilih benar-benar melalui seleksi ketat dengan melibatkan masyarakat. Jadi, masyarakat tahu kapasitas dan integritas calon yang terpilih dalam konvensi," ujar Jamil.
Menurutnya, konvensi ini akan membantu pemilih dalam menentukan pilihannya saat Pilpres 2024 mendatang. "Jadi pemilih tidak lagi memilih capres seperti kucing dalam karung," katanya.