Bagikan:

JAKARTA - Polisi mulai memetakan titik kemacetan yang dikeluhkan para sopir truk kontainer. Sebab di lokasi titik macet itu para pelaku pungutan liar (pungli) melancarkan aksinya.

"Kita melaksanakan survei dan mapping titik-titik kemacetan yang dikeluhkan para pengemudi truk. Terutama di seputar Cilincing, Marunda, dam kawasan Pelabuhan," kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo kepada wartawan, Jumat, 11 Juni.

Pemetaan ini, lanjut Sambodo, merupakan langkah awal untuk mengatasi keluahan dari para sopir truk kontainer. Nantinya akan dibahas untuk mencari solusi terbaik.

Dari hasil sementara, kemungkinan besar skema yang akan dilakukan yaitu dengan mengerahkan anggota di titik-titik tersebut atau menerapkan rekayasa lalu lintas.

"Mencari solusi baik rekayasa lalu lintas maupun penempatan anggota di titik-titik tersebut," ungkap dia.

Di sisi lain, kemacetan yang terjadi di lokasi yang dikeluhkan para sopir truk disebabkan ketidaksesuaian kapasitas jalan dengan kendaraan. Akibatnya terjadi penumpukan kendaraan yang berujung kemacetan.

"Geometri simpangan dan kapasitas jalan menuju depo kontainer yang tidak sebanding dengan volume lalu lintas truk peti kemas yang melintas," ujar Sambodo.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 49 orang yang kerap melakukan pungutan liar (pungli) diamankan di wilayah Jakarta Utara. Mereka diamankan usai ada arahan dari Kapolri untuk menindaklanjuti perintah Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Berdasarkan pendataan, puluhan pemalak itu ditindak oleh Polres Metro Jakatra Utara dan Polres Pelabuhan Tanjung Priok. Mereka mayoritas merupakan karyawan PT Greeting Fortune Container (GFC) dan PT Dwipa Kharisma Mitra Jakarta.

Bahkan, praktik pungli ini pun sudah berlangsung cukup lama. Hal ini didasari kepada para sopir truk yang memberikan uang tanpa harus diminta oleh para pelaku.