RS di Bangkalan Sempat Panik Hadapi Lonjakan COVID-19
ILUSTRASI/PIXABAY

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bangkalan Nunuk Kristiani mengaku tenaga kesehatan sempat panik saat menghadapi lonjakan kasus COVID-19 di daerahnya. Saat ini, ada 328 kasus aktif di Bangkalan.

Nunuk menyebut, keterisian tempat tidur isolasi dan ICU khusus COVID-19 di Bangkalan, Madura ini sempat terisi penuh pada Sabtu, 5 Juni.

"Ini membuat kita panik karena IGD kita penuh. Kemudian, ruang rawat inap yang kita sediakan di isolasi juga penuh," kata Nunuk dalam diskusi virtual di Youtube Kemenkominfo TV, Kamis, 10 Juni.

Masalah yang menyebabkan tenaga kesehatan panik adalah lonjakan keterisian tempat tidur COVID-19 di RSUD Bangkalan sudah terisi penuh. Rata-rata, pasien COVID-19 yang masuk mengalami kondisi cukup buruk.

"Sedikit sekali yang sakit ringan. Jadi, pasien yang datang ke rumah sakit kami rata-rata kondisinya sudah agak terlambat," ujar Nunuk.

Sampai akhirnya, RSUD Bangkalan menutup sementara ruang IGD mereka. Hal ini dilakukan untuk menstabilkan kondisi penanganan COVID-19 di rumah sakit.

Terlebih, sudah ada 10 tenaga kesehatan 17 pegawai administrasi rumah sakit yang tertular COVID-19. Satu dokter di antara yang terpapar meninggal dunia.

"Hari Sabtu kita umumkan IGD kita tutup sementara karena memang ruangan-ruangan ini ada beberapa pasien yang meninggal belum bisa dievakuasi," kata dia.

Terkait lonjakan kasus, Nunuk mengaku pihaknya belum bisa memastikan kenaikan kasus disebabkan oleh penularan varian baru COVID-19. 

Dia mengatakan, varian virus B117 asal Inggris yang ditemukan pada pekerja migran Indonesia (PMI) yang baru pulang ke Bangkalan sudah ditangani dengan baik, sehingga belum bisa dipastikan ledakan kasus disebabkan oleh varian yang diberi nama alpha tersebut.

"Sejauh ini belum ada statement yang menyatakan itu berasal dari Bangkalan, yang varian Inggris itu berasal dari PMI ya, TKI yang berasal dari luar negeri yang datang, tapi itu sudah diisolasi, dan sudah swab negatif 3 kali dan dinyatakan sembuh lalu kembali ke rumah masing-masing," jelasnya.

Yang jelas, lonjakan kasus virus corona di Bangkalan terjadi karena kepatuhan akan penerapan protokol kesehatan warga masih rendah.

"Kesadaran masyarakat tentang prokes ya masih rendah, pemakaian masker masih rendah di pedesaan dan perkotaan ini juga jadi salah satu penyebab lonjakan ini," imbuhnya.