Bagikan:

JAKARTA - Wakil Ketua DPRD DKI dari Fraksi Gerindra Mohamad Taufik meminta masyarakat untuk tidak panik ketika kasus COVID-19 mulai meningkat.

Sebab, menurut Taufik, dari kesan tempat tidur perawatan COVID-19 di rumah sakit terkesan penuh karena banyak orang mampu yang ingin dirawat di rumah sakit swasta saat terpapar COVID-19. Sementara, kapasitas RSUD masih cukup banyak.

"RS yang banyak terisi itu RS swasta. Coba cek di RSUD, agak sepi. Kenapa RS swasta? Artinya orang yang mampu, dia enggak mau isolasi mandiri di rumah, dia maunya di RS. Jadi kita enggak boleh panik," kata Taufik saat ditemui di Gedung DPRD DKI, Rabu, 2 Januari.

Dalam kesempatan itu, Taufik juga menilai pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen tak perlu dihentikan meski kasus COVID-19 di Ibu Kota terus naik. Pemprov DKI, kata dia, cukup mengevaluasi sekolah yang terpapar kasus dengan melakukan penutupan sementara.

"Saya kira kalau ada sekolah terpapar muridnya, gurunya, memang harus dievaluasi sekolahnya, bukan kebijakan seluruh sekolah. Menurut saya lokal saja," ujar dia.

Terpisah, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin juga mengaku sebagian masyarakat masih khawatir bila mereka tidak dirawat di rumah sakit saat terpapar virus corona. Hal ini berdasarkan pengalaman lonjakan varian Delta yang banyak mengakibatkan perburukan gejala dan harus dirawat di rumah sakit.

Padahal, kata dia, sebagian besar kasus COVID-19 khususnya varian Omicron hanya cukup melakukan isolasi mandiri.

"Sebagian besar sebenarnya tidak perlu dirawat di rumah sakit. Kita memahami bahwa orang-orang masih trauma di bulan Juli yang lalu bahwa kalau kita kena mesti ke rumah sakit. Sebenarnya kalau saturasi oksigennya masih di atas 94-95, dia bisa dirawat di rumah," ujar Budi.

Diketahui, saat ini BOR di 140 rumah sakit rujukan COVID-19 di Jakarta mencapat 60 persen. Sudah ada 3.072 tempat tidur yang terpakai dari 5.111 tempat tidur yang disiapkan.