JAKARTA - Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri membantah tudingan diadakannya tes wawasan kebangsaan (TWK) sengaja untuk menyingkirkan 75 pegawai.
Dia menegaskan TWK yang diikuti oleh 1.351 pegawai KPK dilakukan dengan instrumen, alat ukur, pertanyaan hingga waktu mengerjakan yang sama.
Menurutnya, hasil TWK kemudian menunjukkan ada yang memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat untuk menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN).
"Kami pimpinan tidak ada satupun niat untuk menyingkirkan seseorang. Semua dilakukan sesuai mekanisme dan prosedur," ujar Firli di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis, 3 Juni.
Firli menekankan lulus atau tidaknya para pegawai tersebut merupakan hasil dari usahanya masing-masing.
"Enggak ada kaitannya, orang lulus enggak lulus itu karena dia sendiri. Apa kepentingan saya membuat list orang?" katanya.
Firli pun mengaku heran jika ada yang menuding pimpinan KPK hari ini ingin menyingkirkan orang per orang lewat tes wawasan kebangsaan.
"Saya agak heran kalau ada kalimat bahwa ada upaya menyingkirkan. Saya ingin katakan tidak ada upaya untuk menyingkirkan siapa pun," tegasnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Ketua KPK Firli Bahuri melantik 1.271 orang yang dianggap memenuhi syarat telah sebagai ASN kemarin. Sedangkan 75 pegawai yang dinilai tak memenuhi syarat tak dilantik.
Keputusan terbaru, sebanyak 51 dari 75 pegawai KPK yang dinonaktifkan itu dicap sudah 'merah' dan tak bisa bergabung lagi dengan KPK. Sedangkan 24 lainnya masih bisa menjadi ASN asal mau dibina.
Namun, hingga hari ini belum ada surat keputusan resmi dari pimpinan KPK terkait nasib 51 pegawai yang sudah 'merah' dan 24 pegawai yang masih bisa dibina tersebut.