JAKARTA - China menyatakan mendukung Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam upaya mencari asal-usul pandemi COVID-19. China juga mengatakan Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo telah menyampaikan kebohongan dalam serangan terhadap Pemerintah China.
Sebelumnya Pompeo menuduh China menahan sampel virus yang menurutnya diperlukan untuk penelitian vaksin global dan ia menuntut transparansi. Kebanyakan ahli percaya bahwa COVID-19 berasal dari pasar basah yang menjual satwa liar dan virus tersebut melompat dari hewan ke manusia.
Namun, Pompeo dan Presiden AS Donald Trump mengatakan ada bukti bahwa itu berasal dari laboratorium di Wuhan. Sayang, Pompeo ataupun Trump menolak membuka bukti yang mereka maksud.
Melansir Reuters, Jumat 8 Mei, juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Hua Chunying mengatakan pada wartawan di Beijing bahwa Negeri Tirai Bambu mendukung upaya WHO menyelidiki asal mula pandemi. "Kami selalu terbuka untuk bekerja sama dengan WHO dalam berbagai hal, termasuk pada masalah asal mula virus," kata Hua Chunying.
“Sementara, para ilmuwan belum mencapai kesimpulan, mengapa Menteri Pompeo mengambil kesimpulan tergesa-gesa bahwa virus itu berasal dari laboratorium Wuhan? Di mana buktinya? Tunjukkan pada kami buktinya. Jika dia tidak dapat menunjukkan bukti, maka dia mungkin masih dalam proses membuat bukti ini," tegasnya.
Satu musuh besar
Hua Chunying juga mengatakan bahwa satu-satunya musuh terbesar saat ini adalah virus corona baru. "Karena itu adalah musuh bersama seluruh umat manusia. Menghadapi pertempuran umat manusia melawan virus ini, China seharusnya kawan seperjuangan AS, bukan musuh," tambahnya.
Pemerintah dan perusahaan China juga telah menyumbangkan 9,6 juta masker, 500 ribu alat tes, 305 ribu pasang sarung tangan, dan 133.500 pasang kacamata ke 55 kota di 30 negara bagian AS. Anthony Fauci, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional dan anggota Satuan Tugas COVID-19 AS, mengatakan dalam sebuah wawancara bahwa bukti terbaik menunjukkan virus itu tidak dibuat di laboratorium, tetapi tampak 'berevolusi dalam alam dan kemudian terjadi lompat spesies'.
WHO juga telah mendesak negara-negara lain untuk menyelidiki kasus mencurigakan awal dan menyebut bahwa komentar yang dikeluarkan oleh Pompeo adalah suatu hal yang spekulatif. Virus corona telah menewaskan lebih dari 255 ribu orang di seluruh dunia. Sebanyak 70 ribu di antaranya berasal dari AS, negara yang paling parah terkena dampak virus.
BACA JUGA:
Lebih Buruk dari Pearl Harbour
Pada acara yang diselenggarakan di Gedung Putih, Trump, yang kembali ikut dalam kontestasi Pilpres AS, menyebut virus itu sebagai "serangan" terburuk yang pernah dialami oleh AS dan menyalahkan China karena tidak berusaha menghentikannya.
"Ini lebih buruk dari Pearl Harbor. Ini lebih buruk daripada World Trade Center, dan itu seharusnya tidak pernah terjadi. Itu bisa saja dihentikan di sumbernya. Hal itu bisa saja dihentikan di China. Seharusnya dihentikan tepat di sumbernya, dan ternyata tidak," kata Trump.
Dia kerap menuduh WHO sebagai China-sentris dan bertindak terlalu lambat untuk melawan penyakit. Trump juga menarik dana sumbangannya untuk WHO, padahal banyak ilmuwan mengatakan sekarang adalah waktu untuk meningkatkan pendanaan dan kerja sama global untuk menemukan vaksin.