Komnas PA Polisikan Pemilik Sekolah atas Kasus Kekerasan Seksual Anak, Sekolah Membantah
Ketua Umum Komnas PA, Arist Merdeka Sirait saat melaporkan kekerasan seksual oleh pemilik SPI ke Polda Jatim (Foto: Antara)

Bagikan:

JAKARTA - Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak mendatangi Mapolda Jawa Timur melaporkan kasus dugaan kekerasan seksual, kekerasan fisik dan verbal, serta eksploitasi ekonomi terhadap puluhan anak yang dilakukan salah satu pemilik sekolah di Kota Batu.

Dilansir Antara, Sabtu, 29 Mei, ketua Umum Komnas PA Arist Merdeka Sirait turun langsung melapor ke Polda Jatim di Surabaya didampingi Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Batu M.D. Furqon serta tiga korban kekerasan seksual, Sabtu.

"Ini menyedihkan karena ini adalah sekolah yang dibanggakan oleh Kota Batu dan Jatim, tapi ternyata menyimpan kejahatan luar biasa hingga bisa mencederai dan menghambat anak-anak untuk tumbuh dan berkembang dengan baik," ujar Arist kepada wartawan usai membuat laporan.

Sekolah yang dimaksud oleh Arist berinisial SPI, yakni sekolah ternama yang gratis bagi anak-anak kurang mampu dan yatim piatu di Kota Batu.

Sementara, pihak dilaporkan oleh Arist adalah pemilik SPI berinisial JE yang diduga melakukan kekerasan seksual, fisik, verbal, dan eksploitasi anak-anak.

"Ternyata di sana tersimpan kasus-kasus kejahatan seksual yang dilakukan oleh pemilik SPI. Dia melakukan kejahatan seksual terhadap puluhan anak-anak pada masa bersekolah di situ antara kelas 1, 2, dan 3 sampai pada anak itu lulus dari sekolah masih mengalami kejahatan seksual," ucapnya.

Arist mengatakan bahwa awalnya Komnas PA mendapatkan laporan sepekan lalu dari salah seorang korban.

Komnas PA pun menindaklanjuti laporan ini dan mengumpulkan keterangan-keterangan lain dari siswa dan alumni yang tersebar di Indonesia, yang hasilnya, tak hanya satu dua orang yang mengaku menjadi korban kejahatan JE.

"Peserta didik ini berasal dari berbagai daerah, dari keluarga-keluarga miskin yang seyogyanya dibantu agar bisa berprestasi dan sebagainya. Tapi, ternyata dieksploitasi secara ekonomi, seksual, dan sebagainya. Ada yang dari Palu, Kalimantan Barat, Kudus, Blitar, Kalimantan Timur, dan sebagainya," ungkapnya.

Berdasarkan berbagai bukti dan keterangan saksi yang telah dikumpulkan Komnas PA, Arist pun melaporkan JE dengan tiga dugaan pasal berlapis.

JE dipolisikan atas dugaan kekerasan seksual terhadap anak, kekerasan fisik dan verbal terhadap anak, dan eksploitasi anak-anak.

"Dia bisa dikenakan tiga pasal berlapis yaitu kekerasan seksual Pasal 82 UU 35 tahun 2014 dan UU 17 tahun 2016 dengan hukuman maksimal seumur hidup. Bahkan kalau itu terbukti dilakukan berulang-ulang bisa dikebiri. Kemudian eksploitasi ekonomi bisa di Pasal 81, kekerasan fisik di Pasal 80. Ini serius persoalannya, bukan hanya semata-mata tindak pidana biasa. Ini luar biasa," tutur dia.

Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) SPI Kota Batu Risna Amalia Ulfa mengatakan bahwa pihaknya merasa kaget dengan pemberitaan terkait adanya praktik kekerasan seksual, kekerasan fisik dan verbal, serta eksploitasi ekonomi terhadap para siswanya.

"Kami juga kaget dan merasa aneh dengan pemberitaan tersebut. Karena sesungguhnya yang diberitakan itu sama sekali tidak benar," kata Risna, dilansir Antara. 

Risna menjelaskan, ia tidak mengetahui siapa yang memasukkan bahan pelaporan terkait kejahatan luar biasa tersebut, dan motif yang dimiliki pelapor tersebut. Menurutnya, sejak Ia bekerja di sekolah tersebut, tidak pernah ada kejadian yang dituduhkan itu.

"Saya di sekolah ini sejak berdiri pada 2007. Saya menjadi kepala sekolah, dan ibu asrama sampai saat ini. Tidak pernah ada kejadian seperti yang disampaikan, sama sekali tidak ada," ucap Risna.

Saat ini, lanjut Risna, pihaknya masih berupaya untuk mencari tahu lebih dalam terkait tuduhan serius tersebut. Ia menyatakan, bahwa ada pihak yang memiliki tujuan tidak baik terhadap sekolah.

"Kami saat ini juga mencoba mencari tahu lebih dalam tentang hal ini. Sepertinya ada yang memiliki tujuan tidak baik kepada SPI," ujar Risna mengklaim.