JAKARTA - PDI Perjuangan menginginkan Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon. PDIP akan menawarkan dan membangun koalisi demi mempersempit kans partai lain mengusung pasangan calon.
Menanggapi hal itu, pengamat politik Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin menilai keinginan PDIP bisa menutup ruang demokrasi yang sudah berjalan di Indonesia seagaimana disebutkan dalam UU Pemilu.
"Itu kan keinginan dia bukan keinginan rakyat, kehendak dia bukan kehendak rakyat. Kalau kita mengacu pada undang-undang yang mensyaratkan 20 persen lalu membuka ruang 3 atau 4 paslon, itu artinya (PDIP, red) menutup ruang demokrasi," ujar Ujang kepada VOI, Jumat, 28 Mei.
Usulan 2 paslon, kata Ujang, hanya akal-akalan PDIP agar lebih mudah memetakan peta politik lawan dan memperbesar kemungkinan menang.
"Kalau hanya 2 paslon mungkin PDIP ingin menang, ingin melokalisir lawan politiknya yang satu lagi, sehingga memetakannya mudah. Itu kelihatannya," katanya
Alasannya, lanjut dia, PDIP tidak memiliki calon presiden yang tangguh untuk menghadapi calon lain. Dimana elektabilitas Puan Maharani sebagai calon yang digadang-gadang masih sangat rendah.
"Seandainya kan begini yang kita harus amati adalah PDIP tidak punya calon yang tangguh akhir-akhir ini. Maka mengusulkan dua pasangan itu," paparnya.
Menurutnya, wacana PDIP soal 2 paslon ini tidak lah demokratis. Jikalau merujuk pada demokrasi yang lalu di Pilpres 2019, maka akan kembali memicu jalannya polarisasi di tengah masyarakat.
"Dulu mereka mengatakan koalisi Jokowi kalau dua pasang polarisasi. Kenapa saat ini ingin 2 pasang?," sambungnya.
Ujang menduga wacana ini hanya skenario PDIP untuk kembali menang dalam Pilpres 2024 mendatang. Bahkan, semakin menunjukkan bahwa partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu sedang tidak percaya diri.
"PDIP nggak pede (percaya diri) kelihatannya, dilema masih bingung, akan dipaksakan Puan itu mencalonkan diri. Makanya sekenario apapun bermunculan," beber Ujang.
"Misalkan, sekenario menghantam Ganjar lalu skenario bagaimana bisa trending topik. Lalu skenario bagaimana saat ini mengusung 2 paslon. Ini kan bagian daripada skenario itu. Karena tidak ada calon yang dianggap untuk menang di 2024 maka PDIP membuat skenario-skenario yang menurut dia arahnya memungkinkan dia untuk menang," tambahnya.
Ujang menegaskan isu 2 paslon akan mempersempit demokrasi. Artinya, PDIP tidak mengusung demokrasi yang baik.
"Demokrasi itu kan memberikan kesempatan kepada seluruh anak bangsa, siapa pun yang layak itu bisa menjadi capres dan cawapres. Artinya membuka ruang sebanyak-banyaknya untuk menjadi capres yang memenuhi persyaratan,"
"Kalau persyaratannya memenuhi kan terbuka 3 atau 4 pasang yang nanti akan bermunculan calon-calon terbaik. Calon terbaik itulah silakan rakyat yang memilih," pungkas Ujang.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan partainya juga ingin Pilpres 2024 hanya diikuti dua pasangan calon agar tidak berlangsung dua putaran.
"Maka kami akan bangun koalisi sehingga paling tidak pemilu ke depan hanya diikuti dua paslon, tidak akan ada dua pilpres, dua ronde," kata Hasto dalam diskusi yang digelar PARA Syndicate, Jumat, 28 Mei.