Penanganan COVID-19: Dokter Bukan Benteng Pertama, Tapi Terakhir
Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo (dokumentasi BNPB)

Bagikan:

JAKARTA - Kepala Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menyampaikan strategi baru untuk menanganani pandemi virus corona atau COVID-19. Strategi ini dia sampaikan dalam rapat tertutup melalui telekonferensi bersama Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jakarta, Sabtu, 2 Mei.

Dalam rapat tersebut, Doni menyampaikan, selain pendekatan medis, penanganan COVID-19 juga harus dilakukan dengan pendekatan psikologis yang mengarah ke upaya pencegahan. Hal itu menjadi penting, sebab jumlah tenaga medis beserta infrasktruktur yang dimiliki Pemerintah saat ini terbatas. Sehingga, dia ingin agar keseimbangan antara medis dan psikologis dapat berjalan beriringan.

"Keseimbangan itu harus kita jaga," kata Doni.

Doni berpendapat, semestinya dokter tidak menjadi garda terdepan dalam upaya penanganan, namun harus menjadi kekuatan terakhir dalam menangani COVID-19. Pengertian tersebut dijelaskan Doni dengan maksud bahwa masyarakat harus bisa disehatkan sehingga dokter dapat diselamatkan.

"Dokter bukan jadi benteng utama, tapi benteng terakhir," kata Doni.

Karena itu, strategi selanjutnya yang perlu dijalankan adalah memenuhi gizi masyarakat untuk meningkatkan imunitas, kemudian juga sekaligus menggerakkan roda perekonomian. Sebab, Doni berprinsip, dalam menyelesaikan bencana tidak boleh memunculkan bencana baru. 

"Hungry man becomes angry man. Kita tidak ingin arahnya ke sana," ujar Doni.

Menurut data BNPB, ada 2,5 juta petani yang kesulitan menjual hasil pertanian dan perkebunan sebagai dampak dari pandemi COVID-19 ini. Oleh karena itu, Doni meminta kolaborasi bersama Kementerian/Lembaga terkait, khususnya Kementerian Perindustrian dan Kepala Daerah untuk mengatasi masalah tersebut dengan inovasi yang tetap menerapkan protokol kesehatan.

Doni mencontohkan, di Salatiga, Jawa Tengah, dan Sumatera Barat, pasar tradisional tetap berjalan dengan penerapan yang berbeda dari biasanya. Para pedagang diberikan jarak aman sesuai protokol kesehatan dan berjualan di luar ruangan yang telah diatur oleh pemerintah daerah setempat. Kemudian bagi penjual juga diwajibkan untuk melaksanakan anjuran pemerintah dengan tetap memakai masker dan tetap menjaga jarak aman.

Ketua Komisi VI DPR RI Faizol Riza merespons positif pendapat Doni. Menurutnya, sudah sepatutnya dalam urusan penanggulangan bencana, tidak memunculkan bencana baru. Dia juga mengapresiasi ide dari inovasi pasar tradisional seperti yang sudah berjalan di Salatiga dan beberapa wilayah lain di Jawa Tengah dan Sumatera Barat.

"Kita tetap optimis bahwa ekonomi juga bisa tetap jalan," ujarnya.

Meski kebijakan inovasi pasar tradisional sudah berjalan, pihaknya akan tetap mengkoordinasikan lebih lanjut mengenai aturan-aturan lain yang sudah termaktub melalui Surat Edaran Kementerian Perdagangan tentang sirkulasi barang dan kebutuhan ekonomi pasar di tengah pandemi COVID-19.

"Langkah-langkahnya seperti apa, nanti kita koordinasikan lagi," pungkas Riza.