Para Dokter di Jerman Protes Kekurangan APD dengan Aksi Telanjang
Aksi telanjang dokter di Jerman (Sumber: blankebedenken.org)

Bagikan:

JAKARTA - Sebagai aksi protes, sekelompok dokter di Jerman berpose tanpa busana. Mereka protes akibat banyak dokter yang kekurangan alat pelindung diri (APD) di tengah mewabahnya COVID-19. 

Protes tersebut dilakukan oleh kelompok dokter yang menamakan diri mereka "Blanke Bedenken". Kelompok itu mengatakan bahwa mereka merasa lebih berisiko tertular COVID-19 dan menyatakan permintaan mereka untuk bantuan APD yang telah dilakukan selama beberapa bulan tidak diindahkan.

Melansir The Guardian, Rabu 29 April, seorang dokter umum dalam kelompok itu bernama Ruben Bernau, mengatakan kepada media Jerman bahwa ia dan timnya tidak diberikan peralatan perlindungan diri yang cukup untuk menghadapi virus.

"Telanjang adalah simbol betapa rapuhnya kita tanpa perlindungan," katanya.

Para dokter berpose saat mereka praktik, berlindung di balik file, gulungan toilet, peralatan medis, dan surat resep. Christian Rechtenwald, yang juga memiliki praktik dokter umum, mengatakan kelompok itu terinspirasi dari tindakan seorang dokter di Prancis, Alain Colombié.

Colombie difoto telanjang saat praktik untuk menggambarkan dirinya dan sesama dokter adalah 'umpan' dalam perang melawan pandemi yang telah mencapai 3 juta di seluruh dunia.

Jana Husemann, dokter umum lain, mengatakan bahwa ia akan terus merawat pasien yang masih perlu menerima pemeriksaan, meski keadaannya kini juga berisiko. Untuk itu, dia membutuhkan APD yang tepat, katanya.

Seorang dokter mengatakan, dia 'terlatih untuk menjahit luka' dan menyindir dengan berkata: Mengapa saya sekarang harus menjahit masker saya sendiri?

Bukannya para dokter berdiam diri dan pasrah. Banyak dokter di Jerman telah berulang kali meminta bantuan lebih banyak APD sejak kasus pertama COVID-19 di Jerman pada akhir Januari.

Praktik medis, klinik, dan panti jompo sering meminta bantuan masker, kacamata, dan sarung tangan. Meski sudah terus meminta bantuan, kebutuhan mereka hampir tidak terpenuhi.

Perusahaan Jerman yang membuat pakaian pelindung juga telah meningkatkan kapasitas produksi mereka tetapi tidak mampu memenuhi permintaan. Dalam akun Twitternya, @BlankeBedenken, kelompok protes mengatakan Jerman mengklaim memiliki sumber daya yang baik dalam menghadapi COVID-19.

"Tapi, pakaian pelindung, disinfektan, dan masker sekali pakai tidak tersedia. Terlepas dari kekhawatiran mereka (para dokter) tentang dirinya dan pasien mereka yang tidak cukup terlindungi dari virus, di seluruh negeri dokter dan tim mereka tetap merawat banyak orang," kata Blanke Bedenken lewat sebuah unggahan.  

Staf medis juga telah melaporkan pencurian disinfektan dan masker dari rumah sakit dan pihak polisi meyakini bahwa tindakan tersebut dilakukan oleh geng kriminal yang terorganisir. Akibatnya, banyak rumah sakit meningkatkan keamanannya.

Permintaan APD sangat berbeda dari satu daerah ke daerah lain. Untuk di Jerman, daerah yang paling sering meminta bantuan masker adalah Rhine Utara Westphalia dan Bavaria karena daerah yang paling terdampak COVID-19. Marc-Pierre Möll, Kepala Eksekutif Asosiasi Teknologi Medis Jerman, meminta pemerintah untuk mendukung peningkatan produksi APD domestik yang terstruktur.

"Jika organisasi seperti itu dilakukan secara politis dan jumlah yang ada cukup untuk harga yang wajar, tidak akan ada kesulitan," kata Möll kepada media Jerman.