JAKARTA - Kebijakan pembatasan akses wilayah atau lockdown muncul sebagai opsi yang paling banyak digunakan negara-negara Eropa dalam menahan laju penyebaran dari pandemi COVID-19. Sekalipun berhasil untuk menahan virus dari Wuhan agar tak menyebar, tren tersebut malah tak menarik minat dari Swedia.
Bagaimana tidak, kala warga negara lain sedang menerapkan physical distancing dari rumah selama lockdown, warga Swedia masih terlihat sibuk bermain tenis meja. Beberapa di antaranya bahkan larut dalam perencanaan libur akhir pekan di Kunskapsskolan.
Melansir Reuters, keputusan Swedia untuk tak memilih opsi lockdown mendapat kritik dari banyak pihak. Namun, atas dasar pertimbangan ekonomi serta melihat perkembangan COVID-19 di Swedia yang terhitung stabil, maka pemerintah merasa kebijakan lockdown belum dibutuhkan.
Kepercayaan diri Swedia tak lain juga didasari oleh langkah sigap mereka menghimpun sukarelawan guna memperlambat penyebaran COVID-19. Empunya kebijakan yakin langkah itu telah membantu rumah sakit mengatasi pasien tertular virus. Buktinya, sejauh ini masih ada tempat tidur kosong di unit perawatan intensif.
Tak hanya itu. Di Kunskapsskolan, barat daya pusat kota Stockholm, kehidupan berjalan seperti biasa. Pihak berwenang bahkan tak menutup sekolah-sekolah. Mereka hanya menyerukan agar masyarakat tetap menerapkan langkah-langkah yang disarankan agar tak tertular virus.
Salah satunya adalah merekomendasikan agar orang mencuci tangan, physical distancing, bekerja di rumah dan menghindari bepergian selama liburan. Dengan kata lain, meski tak lockdown, kehidupan di Swedia telah berjalan dalam cara yang berbeda dari kehidupan normal.
BACA JUGA:
Walau ada imbauan untuk bekerja dari rumah, Kepala Badan Kesehatan Masyarakat Swedia Johan Carlson menyebut hal itu bukan kewajiban. “Kami tidak menyuruh orang tinggal di dalam rumah. Saya pikir itu adalah bagian yang sangat penting dari kebijakan kami. Di sisi lain, orang harus keluar, berolahraga, mencari udara segar. Ini bagus untuk kesehatan fisik dan mental mereka,” katanya.
Untuk itu, seorang kepala sekolah di Swedia, Lisa Norming turut mengimbau murid-muridnya yang datang ke sekolah untuk selalu menjaga kesehatan. "Itu artinya banyak sekali. Ini tentang kewajiban dan rutinitas sehari-hari yang mereka butuhkan untuk merasa lebih baik."
Sejauh ini, Swedia telah mencatat angka 1.900 kasus meninggal dunia karena COVID-19. Jumlah tersebut relatif lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah kasus yang terdapat di negara Eropa lainnya seperti Inggris, Prancis dan Spanyol.