YOGYAKARTA – Salah satu cara menghadapi pandemi COVID-19 adalah dengan menciptakan herd immunity. Langkah ini juga diambil oleh beberapa negara, termasuk Indonesia. Pemerintah menggencarkan vaksin untuk mencapai herd immunity Indonesia. Meski demikian langkah tersebut menuai perdebatan.
Pengertian Herd Immunity Indonesia
Herd immunity adalah sebuah konsep yang digunakan oleh epidemiologi yang diterapkan untuk menangani persebaran penyakit menular untuk memperlambat penularannya karena populasi telah kebal terhadap penyakit tersebut.
Dikutip dari infeksiemerging.kemkes.go.id, terjadi saat sebagian besar populasi telah kebal terhadap penyakit menular tertentu sehingga memberikan perlindungan secara tak langsung atau kekebalan kelompok untuk mereka yang rentan terhadap penyakit tersebut.
Sebagai contoh, saat 80% populasi memiliki kekebalan terhadap suatu virus, maka empat dari lima orang yang berpotensi besar menjadi pembawa virus tidak akan sakit dan tidak menularkan virus tersebut lebih luas.
Dengan cara tersebut persebaran virus jadi terkendali. Persentase populasi yang kebal terhadap suatu infeksi bergantung pada seberapa besar daya tular virus tersebut. Biasanya 70% hingga 90% populasi perlu kekebalan untuk mencapai kekebalan kelompok.
Contoh Penerapan Herd Immunity
Salah satu cara eksterm menerapkan herd Immunity untuk mengatasi pandemi COVID-19 dilakukan Pemerintah Swedia. Sekitar pertengahan 2020 lalu, pemerintah setempat memutuskan untuk tidak melakukan lockdown. Padahal beberapa negara Eropa lain seperti Belanda dan Jerman memberlakukan pembatasan secara ketat untuk mencegah persebaran virus korona.
Swedia sempat menerapkan cara menghentikan virus COVID-19 dengan membiarkan virus tersebut menyebar perlahan namun dengan kontrol yang baik agar tidak membebani layanan kesehatan. Hal itu membuat pemerintah setempat tak menerapkan lockdown atau menutup sekolah untuk anak-anak di bawah 16 tahun. Mereka hanya menekankan social distancing daripada memakai masker.
Otoritas Swedia juga menekankan aktivitas pencegahan seperti mencuci tangan, bekerja dari rumah (WFH), dan meminta pasien gejala COV-19 agar tetap di rumah.
Meski Swedia menerapkan beberapa kebijakan yang mendukung tujuan untuk mencapai herd immunity, banyak ahli yang justru memperdebatkan hal tersebut. Korban COV-19 terus berjatuhan bahkan setara dengan korban kematian di Denmark, Norwegia, Finlandia, dan Islandia. Padahal keempat negara tersebut menerapkan langkah penanganan lebih ketat.
Di sisi lain, banyak pula negara Eropa juga memberlakukan lockdown seperti Prancis, Italia, Spanyol, dan Inggris namun nasibnya justru lebih buruk dari Swedia. Hal ini yang kemudian jadi perdebatan di kalangan ahli.
Menilik Herd Immunity di Indonesia
Menurut survei serologi ketiga, capaian sistem kekebalan tubuh atau herd immunity atau antibodi masyarakat di Indonesia kini mencapai 98,5%. Namun, Dr. Ede Surya Darmawan, SKM,M.DM dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia menilai bahwa kondisi pandemi COV-19 Indonesia belum dipastikan aman karena virus terus bermutasi. Ia juga mengimbau agar masyarakat segera melakukan vaksin booster atau vaksin dosis ketiga.
“Ini pentingnya booster, antibodi itu kan tidak permanen, mengalami penurunan kira-kira dalam waktu enam bulan oleh itu diperlukan booster," kata Dr. Ede Surya dalam Talkshow “Mengukur Relevansi Protokol Kesehatan” di Kanal YouTube BNPB Indonesia, yang dikutip Rabu, 28 September.
Ia juga menjelaskan bahwa capaian herd immunity harus berada di angka 80% dari total di Indonesia. Meski demikian ia mengatakan bahwa kemungkinan herd immunity belum terbentuk di masyarakat.
"Herd immunity ini kan tingkatannya di negara ya, sementara di tingkat masyarakat bisa jadi belum terbentuk. Jadi segerakan vaksinasi, yang kedua juga tetap menjaga prokes. Dengan demikian herd immunity ini seluruh lapisan masyarakat sudah mencapai 80% dari target populasi.”
Itulah informasi terkait herd immunity Indonesia. Untuk mendapatkan informasi menarik lain kunjungi VOI.ID.