Tren Penggunaan <i>Telehealth</i> untuk Kesehatan Mental Semakin Kuat Setelah Pandemi COVID-19
Tren telehealth muncul sebagai akibat dari dampak lockdown. (foto: dok. Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA – Permintaan untuk perawatan kesehatan mental online akan menjadi prioritas di dunia pasca-pandemi COVID-19, kata bos aplikasi telehealth. Tren ini muncul sebagai akibat dari dampak lockdown pada kesejahteraan masyarakat dan permintaan untuk janji temu dokter secara virtual meroket.

"Ada krisis kesehatan mental di Eropa ... ada masalah besar yang perlu dipecahkan," ujar Johannes Schildt, CEO startup kesehatan yang berbasis di Swedia, Kry. Salah satu penyedia layanan kesehatan digital terkemuka di Eropa ini mengatakan munculnya tren baru ini kepada Reuters di Web Summit di Lisboa.

Kry, salah satu dari banyak perusahaan yang berpartisipasi dalam pertemuan teknologi tahun ini, menyediakan platform  komunikasi pengguna yang berbasis video dengan perawat dan dokter. Platform ini beroperasi melalui kemitraan publik-swasta dan perjanjian dengan penyedia asuransi swasta.

“Kebutuhan akan layanan kesehatan mental online sudah ada sebelum pandemi, dan terus meningkat selama ini, dan akan terus berkembang,” kata Schildt. Permintaan untuk layanan semacam itu di aplikasinya, yang kini melayani sekitar 25% rumah tangga di Swedia, meningkat lebih dari tiga kali lipat pada tahun 2020.

Sebuah studi oleh jurnal medis The Lancet menunjukkan 76 juta kasus tambahan gangguan kecemasan dan 53 juta lebih banyak gangguan depresi mayor pada tahun 2020. Studi itu juga menyebut kaum muda dan wanita adalah yang para pihak paling terpengaruh kondisi itu.

Kry baru saja meluncurkan terapi perilaku kognitif berbasis internet untuk mereka yang berjuang dengan masalah kesehatan mental. Perawatan berbasis ponsel ini sudah tersedia di Swedia, dan akan diluncurkan ke seluruh Eropa pada 2022.

"Megatren digitalisasi layanan kesehatan sudah ada sebelum pandemi, tetapi pandemi memang membantu membuat orang sadar bahwa mereka sebenarnya bisa melakukan semua hal ini dari rumah," kata Schildt. Ia juga memprediksi tes COVID di rumah akan membuka jalan untuk pengambilan sampel mandiri yang lebih luas oleh pasien.

Sektor e-health sedang naik: putaran pendanaan terbaru Kry menghasilkan 500 juta dolar dan penilaian  2 miliar dolar AS, sementara Carbon Health yang berbasis di AS bernilai 3,3 miliar dolar AS pada putaran pendanaan yang dipimpin Blackstone musim panas ini, menurut laporan Forbes.

Eren Bali, pendiri dan CEO Carbon Health, yang memiliki beberapa klinik di seluruh negeri dan juga menyediakan janji temu kesehatan secara online. Ia mendukung pandangan Schildt dan mengatakan kepada Reuters "semua jenis penggunaan digital kini meroket".

Pada awal pandemi, satu dari enam pengguna Carbon Health telah mengunduh aplikasi perusahaan - sekarang, sekitar 80% memilikinya di ponsel mereka, sebuah tren yang diharapkan Bali akan terus berlanjut.

Carbon Health tidak menawarkan dukungan kesehatan mental online sebelum pandemi COVID-19 melanda tetapi lonjakan permintaan menyebabkan peluncuran layanan itu pada musim panas lalu.

Menurut pengamatan Bali, "Integrasi mendalam" antara sistem virtual dan janji temu langsung adalah jalan ke depan ketika kehidupan masyarakat berubah secara radikal.

Akan tetapi pertumbuhan sektor ini juga menimbulkan pertanyaan tentang cara terbaik untuk menangani data pasien. Pasalnya sebagian besar data pasien disimpan di database layanan kesehatan nasional dan asuransi swasta- di tengah sikap yang sangat berbeda terhadap kebijakan berbagi data di seluruh Eropa dan Skandinavia.

"Sayang sekali begitu banyak data yang beredar, dibungkam ke dalam sistem yang berbeda," kata Schildt, yang percaya mengakses data pasien akan memperkuat perkembangan telemedicine.

"Di Swedia, mereka mengharapkan Anda untuk menyinkronkan semua data mereka: 'Mengapa Anda tidak memiliki info vaksinasi saya dari 20 tahun yang lalu?,' adalah reaksi yang sering kita dapatkan," Schildt.