JAKARTA - Video Presiden Joko Widodo yang mempromosikan Bipang Ambawang, makanan khas daerah Kalimantan Barat, untuk oleh-oleh lebaran berujung kontroversi. Sebab, makanan itu diduga tidak halal bagi warga muslim serta tak tepat untuk sajian Idulfitri. Bipang, disebut-sebut akronim dari babi panggang.
Menanggapi itu, Wakil Ketua MPR Ahmad Basarah mengatakan, jika masyarakat menyimak pernyataan Presiden Jokowi dalam video yang diunggah di channel Youtube secara keseluruhan, akan tampak bahwa Presiden menyampaikan Bipang Ambawang itu dalam konteks mencintai dan mempromosikan produk lokal Indonesia yang dapat dipesan secara online.
Karena itu, Ketua Fraksi PDI Perjuangan itu tidak menilai Presiden Jokowi secara khusus tengah mempromosikan Bipang Ambawang asal Kalimantan. Ini terlihat bahwa Presiden juga menyebut sampel kuliner bangsa sendiri secara acak seperti gudeg Jogja, bandeng Semarang, siomay Bandung, empek-empek Palembang, juga Bipang Ambawang dari Kalimantan Barat, dan lain-lainnya yang hanya tinggal dipesan via online.
‘’Kita belum tahu persis apa itu makanan Bipang Ambawang itu. Ada yang menyebut babi panggang. Namun, Jubir Presiden Fadjroel Rahman menyebut Bipang adalah sejenis kue beras dari Kalimantan,’’ jelas Basarah.
Menurutnya, Presiden Jokowi adalah penganut Islam yang baik, yang pernah melaksanakan rukun Islam kelima ke tanah suci Makkah. Dalam beberapa kesempatan, Presiden bahkan memimpin salat berjamaah.
Basarah menyarankan agar seluruh rakyat Indonesia melihat dengan jernih tujuan Presiden Jokowi menyampaikan pidato di channel Youtube tersebut. Hal itu untuk memberi penjelasan bahwa tanpa mudik yang tak bisa dilakukan dalam Idulfitri kali ini pun, mereka tetap bisa menikmati makanan daerah yang biasa mereka konsumsi jika mereka mudik lebaran.
Sekretaris Dewan Penasihat Baitul Muslimin Indonesia itu meminta masyarakat tidak meragukan keislaman Presiden Jokowi, yang pernah mengeluarkan Keppres Nomor 22 tahun 2015 tentang Hari Santri pada 22 Oktober.
"Harap dicatat bahwa Presiden Jokowi adalah presiden untuk semua suku bangsa Indonesia sekaligus presiden bagi semua umat beragama yang hidup di negara Pancasila. Mari berpikir lebih luas dan jernih, jangan gampang termakan oleh provokasi yang ingin memecah belah antara pemerintah dengan rakyatnya,’’ demikian Ahmad Basarah.
Tetapi, lanjutnya, karena produk yang disebutkan itu mungkin tidak diketahui secara khusus oleh presiden, maka menjadi kontroversi seperti ini.
Ketua Fraksi PAN DPR itu memandang apa yang disampaikan Jokowi, bukan dengan niat menjual produk yang haram, tapi semangatnya adalah memperbesar produk lokal.
"Kan sensitivitas masyarakat juga tinggi terkait itu. Karena itu, saya mendesak Presiden Jokowi untuk tidak mudah juga menyebut nama produk juga harus dipastikan secara baik-baik dulu, biarlah semangatnya yang ditonjolkan cintailah produk dalam negeri, cintailah produk dalam negeri," jelas Saleh.
"Kalau menyebut produk dan akhirnya salah itu repot, jadi begini ke depannya presiden itu dianggap orang paling pinter, paling baik, kemudian paling mengetahui banyak hal. Karena itu, presiden tidak boleh salah bicara. Karena kalau presiden salah bicara ke publik sulit untuk melakukan klarifikasi kedepan. Tentu harus benar-benar dan dipastikan bahwa apa yang disampaikan itu tidak menyinggung kelompok masyarakat manapun," tandas Saleh Partaonan Daulay.
"Kalau makanan bipang. Tinggal klik saja si Google sudah keluar itu artinya apa. Jadi ada kelalaian dan kesalahan di Sesneg yang terjadi terus menerus dan berulang kali," kata Noel.
BACA JUGA:
"Ini BIPANG atau JIPANG dari beras. Makanan kesukaan saya sejak kecil hingga sekarang. BIPANG atau JIPANG dari beras ini memang makanan hit sampai sekarang ya. Nuhun," tulis Fadjroel, Sabtu, 8 Mei.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengklarifikasi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengenai babi panggang (Bipang) Ambawang, Kalimantan Barat. Menurut Lutfi, video Jokowi tersebut dimaksudkan untuk mempromosi produk lokal kuliner khas daerah, tak terkecuali bagi warga beragama lain.
"Kita harus melihat konteks secara keseluruhan. Pernyataan Bapak Presiden yang ada dalam video yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mencintai dan juga membeli produk lokal," katanya, di kutip dari kanal YouTube Kementerian Perdagangan, Sabtu, 8 Mei.
Lutfi menekankan bahwa pernyataan Jokowi dalam video tersebut ditujukan kepada seluruh masyarakat Indonesia yang terdiri dari berbagai suku, agama dan budaya. Serta memiliki kuliner nusantara dari berbagai daerah.
"Setiap makanan memiliki khas-an dan menjadi favorit lokal. Jadi sekali lagi kuliner khas daerah yang disebut Bapak Presiden adalah untuk mempromosikan kuliner nusantara yang sangat beragam," tuturnya.
Lebih lanjut, Lutfi mengatakan ada beragam kuliner yang disukai oleh beragam kelompok masyarakat. Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk mempromosikan kuliner nusantara.
"Tentu kuliner tersebut dikonsumsi, disukai, dicintai oleh berbagai kelompok masyarakat yang juga beragam. Mari kita bangga dan promosikan kuliner nusantara yang beragam. Sehingga bisa menggerakkan UMKM," ucapnya.
Di samping itu, Lutfi juga meminta maaf kepada masyarakat Indonesia. Sebab, video pernyataan Jokowi tersebut merupakan bagian dari acara yang digelar oleh Kementerian Perdagangan.
"Kami dari Kementerian Perdagangan selaku penanggung jawab dari acara tersebut sekali lagi memastikan tidak ada maksud apapun dari pernyataan Bapak Presiden. Kami mohon maaf sebesar-besarnya, jika terjadi kesalahpahaman karena niat kami hanya ingin agar kita semua bangga dengan produk dalam negeri termasuk berbagai kuliner khas daerah dan menghargai keberagaman bangsa kita," tuturnya.