Bagikan:

JAKARTA - Sedikitnya 30 prajurit tewas dan 20 lainnya ditahan, saat rezim militer Myanmar mengajukan perundingan dengan kekuatan sipil bersenjata, untuk kemudian angkat kaki dari Kota Mindat.

Perlawanan bersenjata terhadap rezim militer Myanmar terus berlangsung di sejumlah negara bagian, terutama di wilayah-wilayah perbatasan dan pegunungan.

Sejumlah pos dan pangkalan polisi serta tentara rezim militer di wilayah-wilayah terdepan dan perbatasan, berhasil direbut oleh etnis sipil bersenjata. 

Seperti di Kota Mindat, Negara Bagian Chin, rezim militer Myanmar menderita pukulan telak, saat sedikitnya 30 prajuritnya tewas dalam rangkaian pertempuran yang melelahkan selama beberapa hari melawan Chinland Defense Force (CDF).

"Tiga orang tewas pada Hari Sabtu, ketika pertempuran selama empat hari dimulai dan 17 lainnya tewas dalam dua bentrokan kemudian," kata seorang pejuang dari CDF yang baru dibentuk, seperti melansir Myanmar Now, Jumat 30 April.

"Banyak dari mereka tewas dalam pertempuran kemarin. Setidaknya 10 dari mereka. Tak seorang pun dari CDF terbunuh atau terluka, tambahnya. Myanmar Now tidak dapat memverifikasi angka tersebut secara independen.

Diterangkan olehnya, pertempuran dimulai ketika sekelompok pengunjuk rasa di dekat patung Aung San di pusat kota, menuntut pembebasan enam rekan mereka yang telah ditahan. 

Suasana berubah setelah seorang anggota pasukan rezim dilaporkan menembak warga setempat, yang menyebabkan pengunjuk rasa membalas. Situasi berkembang cepat menjadi pertempuran selama empat hari, ketika rezim militer Myanmar mengirimkan bala bantuan pasukan. 

CDF mampu menyergap bantuan pasukan yang dikirimkan di luar kota, dengan medan pertempuran berupa pegunungan yang menyulitkan tentara rezim, namun tidak demikian dengan CDF yang menguasai medan. 

Rezim militer Myanmar pun mengajukan gencatan senjata dan meminta perundingan dengan CDF pada Selasa 27 April lalu. Rezim militer juga meminta pertukaran tahanan 

"CDF mengizinkan 20 tentara rezim militer Myanmar yang terjebak sekitar 30 mil barat Mindat, untuk meninggalkan daerah itu. Sementara tujuh penduduk setempat yang ditahan, telah dibebaskan," terang pejuang CDF.

"Kesepakatan dibuat sekitar jam 9 malam. Kesepakatannya adalah bahwa orang-orang mereka harus keluar dari Mindat dan mereka meninggalkan Mindat tadi malam," lanjutnya.

Sementara itu, pemimpin protes antikudeta rezim militer Myanmar dari Mindat Nway Oo Zalat menuturkan, keberhasilan CDF membuat banyak tentara Myanmar tewas dan ditahan adalah, faktor pendadakan dan penyergapan yang dilakukan di daerah pegunungan.

"Karena kami adalah pemburu, kami sangat akrab dengan wilayah kami. Kami juga berpikiran kuat dalam keyakinan kami. Kami sangat bersatu," singkatnya.

Kudeta Myanmar. Redaksi VOI terus memantau situasi politik di salah satu negara anggota ASEAN itu. Korban dari warga sipil terus berjatuhan. Pembaca bisa mengikuti berita seputar kudeta militer Myanmar dengan mengetuk tautan ini.