Bagikan:

JAKARTA - Pengamat militer Connie Rahakundini Bakrie mengapresiasi ajakan patungan yang diinisiasi Ustaz Abdul Somad (UAS) untuk membeli kapal selam pengganti KRI Nanggala-402. Menurutnya ajakan tersebut adalah bentuk kesadaran rakyat Indonesia untuk memperkuat pertahanan negara.

"Patut dihargai ada kesadaran masyarakat kita, bahwa betapa pentingnya angkatan bersenjata kita," ujar Connie dihubungi VOI, Selasa, 27 April.

Namun, lanjutnya, patungan itu tidak serta merta dapat merealisasikan pembelian alat sistem utama persenjataan (alutsista) TNI. 

"Karena patut diketahui UU melarang TNI menerima bantuan apa pun selain dari anggaran pendapatan biaya negara (APBN). Jadi tidak boleh terima (sumbangan, red). Bisa bahaya," jelas Connie.

Menurutnya, akan berbahaya jika TNI menerima bantuan selain dari negara. Sebab khawatir ada klaim tertentu terkait dengan bantuan. 

"Setahu saya tidak ada dunia ini boleh menerima bantuan privat kepada tentaranya. Tapi niatnya (patungan, red) sangat bagus, harus diapresiasi tetapi tidak didukung mekanisme," kata Connie.

Apabila ingin membantu TNI, kata Connie, cukup dengan mendukung jika ada penambahan anggaran di Kementerian Pertahanan. Pasalnya, anggaran untuk pemeliharaan, peremajaan dan perawatan alutsista hanya sebesar 30% dari anggaran Kemenhan. Selebihnya, untuk belanja rutin.

"Jadi biaya non rutin harus diperkuat, bukan nyumbang, negara engga bisa terima itu. Karena TNI harus dari APBN," katanya.

"UAS bisa mengimbau kesadaran masyarakat untuk bantu pemerintah memodernisasi persenjataan. Menghimbau umat harus memahami jika anggaran dinaikkan itu untuk menjaga kedaulatan juga," sambung Connie.

Selain itu, harus ada revolusi total dalam angkatan bersenjata sebagai poros maritim dunia, terutama perubahan alutsista. Pemerintah juga harus memperkuat hubungan diplomatik antar negara.

"Kita bisa nggak jadi negara kuat? Bisa, tapi diperlukan bukan saja kekuatan anggaran tetapi kekuatan diplomatik berbasiskan pengetahuan geopolitik," tandas Connie.