JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin meminta pemerintah mewaspadai peningkatan impor akibat stabilisasi ketersediaan pangan.
Ia mengklaim, banyak masyarakat pelaku produksi khususnya di sektor perikanan mengalami gangguan terhadap stabilitas ekonominya meski kondisi pasar terlihat baik-baik saja.
"Saya memperhatikan dan juga banyak mendapat laporan terkait peningkatan importasi pangan di awal kuartal tahun ini," ujar Andi Akmal kepada wartawan, Kamis, 22 April.
Dia mengungkapkan, komoditas strategis pangan hampir semua mengalami kenaikan importasi, mulai dari medium hingga signifikan. Seperti garam, gula, kedelai, jagung dan bawang putih.
Ditambah lagi untuk komoditas perikanan pada pertengahan Maret 2021, harga meningkat antara 14 persen hingga 25 persen.
"Keadaan ini dapat dipastikan ada sebagian masyarakat yang mengalami gangguan, baik pelaku produksi maupun konsumsi," jelas Akmal.
BACA JUGA:
Legislator dapil Sulawesi Selatan juga mengaku mendapat laporan dari sejumlah nelayan di daerahnya bahwa beberapa pekan ini terjadi kelangkaan ikan tertentu. Seperti ikan kembung, cakalang, kuwe, dan ikan baby tuna.
"Situasi di lapangan, laut menguji para nelayan untuk bersabar disebabkan betapa sulitnya mendapatkan jenis ikan tertentu," ucapnya.
Sementara berkaitan dengan komoditas pangan lain dari sektor kelautan yakni garam, kata Akmal, semakin hari importasinya semakin tinggi. Kuartal awal pada tahun ini telah terjadi kenaikan sebesar 54,02 persen dibanding tahun lalu.
Sedangkan soal polemik impor garam, sambung Akmal, tidak ada terobosan yang signifikan baik, dari sisi industrialisasi maupun dari sisi pembinaan produksi garam rakyat, sehingga terjadi peningkatan kualitas.
"Inilah penyebab utama impor garam tidak berujung penyelesaiannya. Polemik masih seputar garam industri dan garam konsumsi," kata politikus PKS itu.
Begitu juga gula, tambah Akmal, persoalannya lebih kompleks dibandingkan dengan garam. Saat ini, kenaikan importasi sangat signifikan yakni 1,93 juta ton atau naik 42,96 persen dibandingkan dengan periode Januari-Maret 2020. Kuartal awal tahun lalu, importasi gula tercatat sebanyak 1,34 juta ton.
"Persoalan gula lebih rumit lagi dari garam. Selain kelembagaan, lahan, sarana prasarana produksi hingga tata niaga, semua memiliki kerumitan tersendiri. Perlu ada evaluasi mendalam setiap komoditas pangan agar terjadi kemajuan bertahap tapi pasti," jelasnya.
Karenanya, Akmal mengingatkan pemerintah untuk selalu meningkatkan kewaspadaan dari waktu ke waktu terkait persoalan pangan ini. Sebab, kata dia, tata kelola pangan nasional saat ini serba tidak pasti.
"Karena kedepannya, negara yang unggul adalah yang tahan terhadap kebutuhan pangan, energi, kesehatan dan teknologi Informasi," kata Andi Akmal Pasluddin.