Bagikan:

TANJUNG SELOR - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) merilis data indikator ekonomi terbaru terkait inflasi, Nilai Tukar Petani (NTP), perkembangan sektor transportasi, pariwisata, ekspor dan Impor. 

Plh. Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Kaltara, Burhanuddin mengatakan, Provinsi Kaltara mencatat inflasi year-on-year (y-on-y) sebesar 1,59 persen pada Agustus 2024. 

Inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Nunukan, mencapai 1,84 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 107,24. 

"Kemudian Tanjung Selor mencatat inflasi terendah, yakni 0,64 persen dengan IHK 104,54. Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan harga terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau (2,48 persen), disusul oleh kelompok pakaian dan alas kaki (2,87 persen)," kata Burhanuddin, Selasa, 1 Oktober.

Burhanuddin mengungkapkan, pengendalian inflasi menjadi prioritas terutama di sektor pangan dan energi. 

"Meski inflasi terkendali, kenaikan harga pangan perlu mendapatkan perhatian khusus untuk menjaga daya beli masyarakat," ungkapnya. 

Selanjutnya adalah kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) pada September 2024, yang mencapai 113,36, naik 0,36 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini dipengaruhi oleh subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat yang mencatatkan NTP tertinggi sebesar 180,19, menunjukkan peningkatan kesejahteraan bagi petani di sektor ini. 

"Peningkatan NTP menjadi sinyal positif, terutama bagi para petani di sektor perkebunan. Namun, pemerintah tetap harus mendukung mereka dengan akses yang lebih baik terhadap teknologi dan pasar," jelasnya. 

Sementara itu, sektor perdagangan luar negeri tetap menunjukkan hasil yang positif dengan ekspor pada Agustus 2024 mencapai US$ 136,62 juta, sedangkan impor sebesar US$ 80,21 juta. Hal ini menghasilkan surplus neraca perdagangan sebesar US$ 56,40 juta.

"Surplus perdagangan adalah pencapaian yang perlu diapresiasi, namun kita tidak boleh berpuas diri. Pemerintah harus terus mendorong ekspor komoditas unggulan dan mencari pasar baru untuk produk-produk lokal," ujarnya. 

Burhanuddin menegaskan, langkah strategis yang harus diambil dalam menanggapi data ekonomi Agustus dan September 2024. 

Pertama, meningkatkan aksesibilitas dan efisiensi transportasi dengan memperbaiki infrastruktur dan layanan transportasi udara serta laut guna memperkuat konektivitas antarwilayah, terutama di daerah terpencil yang sulit dijangkau. 

"Promosi wisata internasional perlu dikembangkan secara agresif, disertai kolaborasi dengan pelaku industri untuk menarik lebih banyak wisatawan, serta perbaikan infrastruktur pariwisata untuk mendukung kenyamanan pengunjung," papar dia. 

Menurutnya peningkatan kinerja ekspor menjadi fokus dengan memperkuat rantai pasok komoditas unggulan seperti perkebunan dan perikanan, serta mendorong inovasi dalam produksi dan kualitas produk ekspor untuk meningkatkan daya saing di pasar global. 

"Pengendalian inflasi dan harga pangan juga harus dilakukan dengan mengawasi harga pangan dan energi secara ketat untuk menjaga stabilitas inflasi, terutama di wilayah yang rentan terhadap kenaikan harga," ujar dia.