JAKARTA - Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid, beri jempol (pujian) atas respons cepat yang dilakukan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim terkait polemik Kamus Sejarah Jilid 1.
"Saya mengapresiasi Pak Nadiem memberi respons cepat menyikapi masalah ini dan memberikan klarifikasi dan penegasan akan komitmen untuk terus memasukkan tokoh-tokoh yang punya jasa besar dalam proses perjalanan bangsa dalam materi pembelajaran anak-anak didik kita," ujar Yenny dalam keterangan tertulisnya di Jakarta dilansir dari Antara, Rabu, 21 April.
Ia mengapresiasi jiwa besar, komitmen, dan respons cepat yang ditunjukkan Nadiem. Padahal, penyusunan konten kamus tersebut sesungguhnya tidak terjadi di era Nadiem.
Menurut Yenny, kamus yang menjadi perdebatan itu keluar sebelum Nadiem menjadi menteri, sehingga tidak berada dalam supervisinya.
Yenny menjelaskan K.H. Hasyim Asy’ari memiliki jasa yang besar. Salah satunya mengobarkan Resolusi Jihad. Resolusi Jihad salah satu faktor besar yang menjadi kekuatan pemukul para pejuang kemerdekaan Indonesia melawan penjajah Belanda. Kontribusi itu fundamental bagi kemerdekaan bangsa Indonesia.
BACA JUGA:
Yenny berharap, respons segera diikuti dengan langkah nyata berupa perbaikan penyusunan sejarah melalui proses yang lebih transparan dan partisipatif.
Yenny menyarankan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan segera menarik draf yang sudah telanjur beredar dan melakukan revisi kontennya.
“Disisir lagi semua konten-kontennya apakah ada yang bertentangan dengan konteks sejarah kita. Apakah ada penghilangan aktor-aktor sejarah kita yang penting tidak masuk di dalamnya. Atau justru ada memasukkan tokoh-tokoh yang sebenarnya musuh ideologi yang bertentangan dengan Pancasila,“ kata dia.
Melalui video di akun media sosial pribadinya, Mendikbud Nadiem Makarim mengungkapkan bahwa kamus sejarah tersebut disusun pada 2017 sebelum ia menjabat.
"Begitu dengar isu ini, saya sebagai Mendikbud mengambil langkah konkret menugaskan Dirjen Kebudayaan untuk segera menyelesaikan permasalahan,” katanya.
Ia mengaku telah memerintahkan langsung tim di Kemendikbud agar penyempurnaan kamus yang sempat terhenti, dilanjutkan dengan lebih cermat secara teknis dan lebih mewadahi masukan dari pemangku kepentingan, termasuk Nahdlatul Ulama.
Ia juga memastikan tidak ada niatan Kemendikbud menghilangkan jejak sejarah. “Saya memohon restu agar kamus sejarah yang belum pernah dimiliki negara ini, dapat kita lanjut sempurnakan bersama agar nantinya dapat memberikan manfaat untuk semua," katanya.