Pendiri NU Hilang dari Kamus Sejarah, PKB: Kemendikbud Bisa Kualat!
Wakil Ketua DPP PKB, Jazilul Fawaid/ Instagram

Bagikan:

JAKARTA - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) memprotes keras nama pendiri Nahdlatul Ulama (NU) KH Hasyim Asy'ari tidak lagi dimuat dalam Kamus Sejarah Indonesia Jilid I buatan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). 

PKB meminta Kemendikbud segera mengkoreksi dan mengaudit pengadaan buku ajar tersebut. Jika perlu, Kemendikbud segara menarik Kamus Sejarah Indonesia Jilid I dari peredaran agar tidak kualat oleh ulama.

"Saya khawatir Kemendikbud ini kesusupan aliran anti Pancasila. Sebab Belakangan ini banyak kejadian yang aneh-aneh. Pak Nadiem juga harus ingatkan anak buahnya. Ingat Jas Hijau, Jangan Sekali-kali Hilangkan Jasa Ulama, nanti bisa kualat!," ujar Wakil Ketua DPP PKB, Jazilul Fawaid di Jakarta, Selasa, 20 April.

Lagi-lagi menuai kontroversi, Jazilul mempertanyakan Mendikbud Nadiem Makarim soal masa depan anak bangsa.

"Pak Nadiem, mau dibawa kemana pendidikan karekter dan jatidiri bangsa ini? Bangsa ini didirikan para pahlawan, jangan coba hilangkan jasanya," sambung Wakil Ketua MPR RI ini.

Sementara, Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda mengimbau agar mitra kerja komisinya itu segera menarik Kamus Sejarah Jilid I tersebut untuk diperbaiki.

"Kami berharap ada perbaikan konten atau revisi sebelum kembali diterbitkan dan digunakan sebagai salah satu bahan ajar mata pelajaran sejarah," ujar Huda.

Politikus PKB itu mengaku aneh, pada sampul Kamus Sejarah Jilid I buatan Kemendikbud memang ada gambar KH. Hasyim Asy'ari, namun tak ada penjelasan mengenai kiprah perjuangannya dalam kamusnya.

"Lebih aneh lagi ada nama-nama tokoh lain yang masuk kamus ini, termasuk nama Gubernur Belanda HJ Van Mook dan tokoh militer Jepang Harada Kumaichi, yang dipandang berkontribusi dalam proses pembentukan negara Indonesia," kata Huda menyesalkan.

Kejanggalan lain, yakni nama Soekarno dan Moh. Hatta tidak masuk dalam informasi khusus meski masuk pada penjelasan di awal kamus. Dengan format penyusunan kamus yang memasukkan tokoh berperan dalam pembentukan maupun pembangunan negara secara alfabetis, kata Huda, tidak ada alasan nama Soekarno dan Hatta tidak dicantumkan.

"Justru ada nama tokoh yang tidak jelas kontribusinya dalam proses pembentukan maupun pembangunan bangsa masuk entri khusus untuk diuraikan background personalnya," katanya.

Sebelumnya, Sekjen PKB Hasanuddin Wahid juga menyesalkan, 'keasal-asalan' Kemendikbud mencantumkan nama tokoh dalam buku sejarah tersebut.

"PKB protes keras karena KH Hasyim Asy'ari enggak tertulis dalam kamus sejarah Indonesia terbitan dari Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, sementara Abu Bakar Ba'asyir yang ditahan negara malah ada," kata Sekjen PKB Hasanuddin Wahid, Selasa, 20 April.

Hasanuddin heran, pahlawan nasional sekaligus pendiri NU tidak diakui oleh buku terbitan Kemendikbud. Sementara tokoh yang dianggap penyokong radikalisme malah mendapat tempat di buku terbitan Kemendikbud. 

"Ada yang aneh dengan Kemendikbud hari ini," tambahnya.

Terkait persoalan ini, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi (Dirjen Dikti) Kemendikbud Hilmar Farid menyebut pihaknya mengaku, selalu bersandar kepada pemikiran para tokoh bangsa, termasuk KH Hasyim Asy'ari, dalam setiap pengambilan kebijakan. 

Hilmar mengingatkan sejumlah kegiatan yang telah dilaksanakan Kemendikbud terkait untuk mengenang jasa KH Hasyim Asy'ari.

"Museum Islam Indonesia Hasyim Asy'ari di Jombang didirikan oleh Kemendikbud. Bahkan, dalam rangka 109 tahun Kebangkitan Nasional, Kemendikbud menerbitkan buku KH Hasyim Asy'ari: Pengabdian Seorang Kyai Untuk Negeri," ucap Hilmar dalam keterangannya yang diunggah di situs Kemendikbud, Selasa 20 April.

Kemendikbud pun telah menyatakan draf yang beredar berupa salinan softcopy itu tidak lah resmi. Kemendikbud juga menyatakan draf tersebut bukan dari mereka.