Menlu Ukraina: Pasukan Rusia Terus Bertambah, Penembak Jitu Lakukan Provokasi
Ilustrasi penembak runduk di perbatasan Ukraina. (Wikimedia Commons/Sebastian Meyer)

Bagikan:

JAKARTA - Rusia akan segera memiliki lebih dari 120.000 tentara di perbatasan Ukraina, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pada Hari Selasa waktu setempat.

Untuk mencegah eskalasi dan penumpukan militer lebih lanjut di perbatasan mereka, Ukraina meminta neagra-negara Barat menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia. 

Washington dan NATO telah khawatir dengan peningkatan besar pasukan Rusia di dekat Ukraina dan di Krimea, semenanjung yang dianeksasi Moskow dari Ukraina pada tahun 2014.

Pejabat Barat mengatakan konsentrasi pasukan sekarang lebih besar daripada selama pencaplokan itu. Angka yang diberikan oleh Kuleba lebih tinggi dari perkiraan Ukraina sebelumnya yaitu 80.000 tentara Rusia di mana 50.000 di antaranya adalah penempatan baru.

"Pasukan Rusia terus tiba di dekat perbatasan kami di timur laut, di timur dan di selatan. Dalam sekitar seminggu, mereka diperkirakan akan mencapai pasukan gabungan lebih dari 120.000 tentara," kata Kuleba pada konferensi pers online mengutip Reuters, Rabu 21 Januari.

"Ini tidak berarti mereka akan berhenti membangun pasukan mereka pada jumlah itu," kata Kuleba, memperingatkan apa yang dia katakan sebagai ketidakpastian Moskow meskipun dia mengatakan Ukraina tidak ingin konflik dengan Rusia.

"Biaya untuk mencegah eskalasi Rusia lebih lanjut akan selalu lebih rendah daripada biaya untuk menghentikannya dan mengurangi konsekuensinya. Jauh lebih efektif untuk membuat Moskow memahami dengan jelas bahwa tahap baru agresi akan memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi Rusia, isolasi internasional dan sanksi ekonomi yang menyakitkan," paparnya.

militer rusia
Ilustrasi tentara Rusia di perbatasan Ukraina. (Wikimedia Commons/Anton Holoborodko)

Kuleba juga meminta Moskow untuk berkomitmen kembali pada gencatan senjata di timur Ukraina, di mana pasukan yang didukung Rusia telah memerangi pasukan Ukraina dalam konflik yang menurut Kyiv telah menewaskan 14.000 orang sejak 2014.

Kyiv dan Moskow saling menyalahkan atas meningkatnya korban dalam konflik dalam beberapa pekan terakhir. Kuleba mengatakan, penembak jitu Rusia membunuh tentara Ukraina untuk memprovokasi Ukraina untuk melakukan serangan balik.

Sebelumnya, Kepala Kebijakan Luar Negeri dan Keamanan Uni Eropa Josep Borrell mengungkapkan, Rusia telah mengerahkan lebih dari 150 ribu tentaranya ke perbatasan Ukraina dan Krimea.

"Lebih dari 150.000 tentara Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina dan di Krimea. Risiko eskalasi lebih lanjut terbukti," kata Borrell, menolak memberikan sumber untuk angka tersebut, Selasa 20 April.

Terpisah, Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) menyebut pembangunan militer yang dilakukan Rusia saat ini, lebih besar dibanding tahun 2014. Tidak jelas apakah itu untuk tujuan pelatihan.

Tahun 2014 merujuk pada bentrokan yang terjadi antara militer Rusia dan militer Ukraina.  Saat itu, Rusia berhasil menganeksasi wilayah Krimea

"Ini pasti lebih besar dari yang ada pada 2014. Tidak jelas pergerakan pasukan itu untuk tujuan pelatihan," kata juru bicara Pentagon John Kirby, tetapi menolak memberikan nomor spesifik.

Sementara itu, Rusia mengatakan penambahan pasukannya adalah latihan militer kilat tiga minggu untuk menguji kesiapan tempur dalam menanggapi apa yang disebutnya perilaku mengancam dari NATO. Moskow pada Selasa juga menuduh Amerika Serikat dan NATO melakukan aktivitas provokatif di perairan dan wilayah udara Laut Hitam.

Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan, pembangunan militer Moskow di dekat Ukraina adalah bagian dari latihan besar-besaran, yang dimaksudkan untuk menguji kesiapan tempur dan menanggapi apa yang disebutnya tindakan militer yang mengancam oleh NATO.

Shoigu mengatakan, latihan yang rencananya digelar selama tiga minggu, akan selesai dalam dua minggu ke depan. Shoigu mengatakan, NATO telah mengerahkan 40.000 tentara dan 15.000 peralatan militer di dekat perbatasan Rusia, terutama di Laut Hitam dan wilayah Baltik. Ini dibantah oleh NATO.