Bagikan:

JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan stok obat hydroxychloroquine atau hidroklorokuin (klorokuin) mencukupi untuk menangani virus corona atau COVID-19 di Indonesia. Obat tersebut digunakan sebagai alternatif penanganan pasien positif.

Kepala BPOM Penny Kusumawati Lukito mengatakan, saat ini klorokuin sudah diproduksi di dalam negeri. Menurut dia, sudah tidak ada lagi impor obat dalam bentuk tablet siap digunakan. Namun, untuk bahan baku memang masih mengandalkan impor.

"Kami menyampaikan klorokuin sudah diproduksi di dalam negeri justru tidak ada impor seluruh klorokuin, namun bahan baku tentunya masih impor bahan baku klorokuin," tuturnya, dalam rapat virtual dengan Komisi IX DPR, Rabu, 8 April.

Menurut Penny, saat ini sudah ada 2 ton bahan baku yang siap diproduksi oleh perusahaan farmasi pelat merah PT Kimia Farma (Persero) Tbk (KAEF). Dari bahan baku tersebut, dapat menghasilkan 8 juta tablet obat klorokuin. Saat ini juga sudah ada sejumlah obat yang didistribusikan.

Tak hanya Kimia Farma, Penny mengatakan, ada dua industri farmasi lainnya yang juga siap memproduksi klorokuin dengan masing-masing berjumlah 1,5 juta tablet dan 1,7 juta tablet. Namun, sayangnya Penny tak merinci industri farmasi apa yang dimaksud.

Seperti diketahui, dalam upaya penanganan pasien positif COVID-19, klorokuin menjadi satu dari dua jenis obat yang digunakan pemerintah. Bahkan, obat ini telah lebih dulu digunakan oleh negara lain. Sampai saat ini memang belum ada vaksin untuk COVID-19.

BPOM, kata Penny, juga melakukan patroli siber dalam mengawasi peredarannya, karena obat ini tergolong jenis keras. Karena itu obat ini tak boleh dibeli dengan bebas. Obat tersebut harus diberikan dalam perawatan intensif dari para petugas kesehatan yang terampil.

Indonesia Bantu Produksi Vaksin

Sejak virus corona jenis baru atau COVID-19 ditemukan pertama kali di Wuhan, China, hingga saat ini belum ada obat atau vaksin yang dapat menangkal virus tersebut. Perusahaan farmasi di seluruh dunia pun terus berupaya mencari vaksin yang bisa menyembuhkan pasien positif COVID-19, dan masih dalam tahap uji coba.

Penny mengungkap, ada satu vaksin yang diharapkan dapat menyembuhkan COVID-19. Namun, vaksin itu masih dikembangkan di Amerika Serikat oleh Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI).

"Vaksin saya kira saat ini ada satu kandidat vaksin COVID-19 yang sedang dikembangkan di Amerika. Dan pengembangan vaksin dilakukan satu institusi CEPI," tuturnya.

Pemerintah Indonesia melalui perusahaan BUMN yang bergerak dibidang produksi vaksin dan atisera yakni, PT Bio Farma (Persero) telah berkomunikasi dengan CEPI agar bisa ikut terlibat dalam produksi vaksin tersebut.

"Sekarang sudah dalam uji klinik fase satu. Bio Farma akan terlibat dalam fase duanya," katanya.

BPOM, kata Penny, turut mendampingi Bio Farma dalam upaya pengembangan vaksin COVID-19 dengan CEPI. Penny berharap, vaksin tersebut bisa diproduksi secepatnya.